Selasa, 27 Maret 2012
Yessis ComeBack
Akhirnya bisa melihat blogku tercinta, terasa sepi ya ga ada
update-updatean terbaru tentang yekyu maupun tentang yessiskyura, aku
kangeeeeeeeeeen banget sama blog ini dan kalian semua. Yups, aku bisa posting
lagi setelah sekian lama menghilang, bertapa,,,,bertapa di rumah sakit…hehhehe…
tadi mau vakum seminggu buat ngerjain tugas, eh, siapa sangka jadi vakum hampir
3 minggu karena sakit. Alhamdulillah sekarang sudah sembuh.
Aku ingin cerita pengalamanku selama vakum dari blog. Ceritanya pada sore
hari ketika dikantor aku sudah merasakan sedikit demam dan pusing. Setelah jam
kerja selesai aku langsung menujun kosan
untuk istirahat. Dikosan aku semakin
merasa demam, bahkan ketika mengambil air wudhu saja badan terasa menggigil.
Semakin malam badan semakin panas, mual, dan pusing. Dikamar aku mengompres
diri sendiri untuk menurunkan suhu badan. Subhanallah malam itu benar-benar
malam yang panjang untukku. Aku menelpon mama untuk menjemputku dari kosan.
Esok harinya aku dijemput mama lalu pergi ke dokter, katanya sih hanya demam
biasa dan hanya diberi obat untuk menghilangkan panas, pusing, dan mual.
Akhirnya aku putuskan untuk istirahat dirumah.
Sudah dua hari berlalu, aku tidak merasakan perubahan yang lebih baik,
aku tetap merasa panas, mual dan pusing. Pada hari sabtu rencananya mama ada
kegiatan tapi pagi-pagi ditelpon oleh adik yang ternyata sakit juga, sama
sepertiku adik (perempuan) demam tinggi, akhirnya mama memutuskan untuk tidak
jadi pergi dan mengantarku dan adik ke puskesmas. Di puskesmas, aku dan adik di
cek darah dan ternyata kami berdua positif thypus, tapi aku sedikit berbeda
karena trombositku turun padahal adikku terlihat lemah dariku, tapi aku sakit
thypus dan demam berdarah, kami berdua harus dirawat dirumah sakit (puskesmas).
Ini pertama kalinya aku sakit thypus dan demam berdarah. Dan ini pertama
kalinya aku dirawat di rumah sakit. Di rumah sakit kami sering disalah kenal,
katanya kami seperti kembar karena kami kakak beradik jadi perawat sering salah
menyebut nama kami, bahkan adikku disangka yang lebih tua, padahal kami berbeda
6 tahun…hahha….senangnya disangka lebih muda. ^^
Setelah 4 hari berlalu adikku sembuh lebih awal karena memang dia hanya
sakit thypus, sedangkan aku harus bertahan di rumah sakit karena trombositku
terus turun. Pertama kali di cek trombositku sekitar 120rb sedangkan trombosit
normal adalah 150rb. Sore hari trombositku menjadi 112rb. Hari kedua
trombositku turun drastis menjadi 50rb, agar trombosit naik aku harus banyak
minum dan makan tapi karena aku juga sakit thypus jadi aku tidak bisa makan
buah-buahan, sungguh menderita pada saat itu. Aku terus diberi minum minuman
dari biji angkak, air biji angkak
merupakan obat yang bagus untuk menaikan trombosit tapi sayang rasanya pahit
dan bau. Mama merebus biji angkak hingga benar-benar kental. Ketika minum
pertama kali aku masih bisa meminumnya, ketika minum kedua kali aku masih kuat
meminumnya, tapi untuk yang ketiga kali aku sudah tidak tahan dengan baunya,
aku merasakan mual dan memuntahkan semua air angkak yang aku minum. Karena
trauma aku tidak mau meminum air biji angkak lagi. Hari ketiga, trombositku
kembali turun lagi menjadi 41rb, lalu pembantuku dirumah juga masuk rumah sakit
setelah dicek dia juga terkena demam berdarah tapi trombositnya lebih rendah dariku
sekitar 20rban, karena trombosit yang sangat rendah pembantuku itu harus
dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar dan harus ditransfusi darah. Mama yang
sedang merawatku terpaksa meninggalkanku untuk membantu pembantuku itu, mama
pergi membeli darah yang dibutuhkan oleh pembantuku di PMI. Hari keempat
trombositku tetap 41 rb, sebagai pengganti biji angkak aku banyak minum pocari
sweet, sari kurma plus madu, dan air mineral. Ketika dokter memeriksaku, aku
bertanya apakah aku boleh memakan buah, lalu dokter menjawab “boleh, makan aja
yang banyak, tidak ada pantangan.” Mungkin karena aku tidak ada maag jadi aku
boleh makan buah. Aku disarankan makan jus jambu merah dan air kelapa hijau.
Aku terus banyak makan dan minum, sari kurma, habbatusauda, jus jambu, air
kelapa, pocari sweet dan sedikit air biji angkak. Akhirnya trombositku naik
menjadi 71rb pada hari kelima. Aku masih belum boleh pulang kerumah karena
dikhawatirkan trombositnya turun lagi. Pada hari ke enam trombositku naik
menjadi 98rb, pada hari itu aku diperbolehkan untuk pulang, Alhamdulillah ga di
infuse lagi.
Setelah sembuh aku tidak langsung masuk kerja, rencananya aku akan
istirahat selama 3 hari untuk memulihkan tenaga. Aku dirumah bersama mama dan
ponakanku yang masih berumur 1.5 tahun, sedangkan kakak dan kakak ipar sibuk
bekerja sementara itu adikku sudah masuk kuliah lagi. Selama 2 hari itu aku
bermain dengan ponakan dan pada hari kedua ponakan sudah terasa panas suhu
tubuhnya, tapi meskipun panas dia masih terlihat segar bugar. Ketika sore hari
mama masih menggendong ponakanku yang terus menangis karena panas, sementara
itu ummi dan abinya belum juga pulang kerja. Aku sibuk dengan laptopku dan
adikku entah sedang apa. Tiba-tiba mama berteriak-teriak, aku kaget dan
langsung menghampirinya. Aku kaget, shock sekaligus takut melihat ponakanku
sudah tak bergerak dan warna kulitnya biru kuning, aku pegang kakinya yang kaku
terasa dingin, aku khawatir dia sudah tidak ada, mama terus menangis dan
berteriak memintaku dan adikku mengambil kompresan. Tanpa berpikir apapun aku
mengambil kain apapun dari tempat pakaian yang sudah disetrika lalu aku basahi
dengan air, aku berikan kain basah pada adik dan adik memberikannya pada mama.
Pada saat itu sebenarnya kakiku sudah bergetar tapi aku berusaha kuat, mama
terus menangis memangku ponakan yang sudah tidak bergerak. Aku berlari keluar,
pada saat itu kampung masih sepi karena magrib, aku tanpa berpikir apapun
berteriak minta tolong karena belum ada yang keluar juga aku masuk lagi kedalam
rumah, beberapa detik kemudian orang-orang berbondong-bondong masuk kedalam
rumah. Aku meminta orang yang datang untuk memanggil bidan, dokter, angkot
untuk pergi kerumah sakit dan lainnya. Ibu-ibu mengerubungi mama yang masih
menangis, semenit kemudian ponakanku sadarkan diri dan mulai menangis.
Alhamdulillah, aku kira tidak bisa melihatnya lagi. Tadinya aku mau menggendong
ponakan untuk dibawa kerumah sakit, tapi mama tidak mau melepaskannya selain
itu ponakanku terus menangis dan tidak mau digendong oleh siapapun. Akhirnya
ponakanku dibawa dirumah sakit sedang aku dan adik tinggal dirumah karena kami
baru pulih dari sakit jadi kami tidak boleh kecapaian. Semalaman aku tidak bisa
tidur karena ingat kejadian magrib tadi dan juga khawatir dengan keadaan
ponakanku. Ponakanku dirujuk ke rumah sakit besar
Dirumah hanya ada aku dan adikku, kami berdua tinggal dirumah. Setelah 3
hari masih belum diketahui ponakanku sebenarnya sakit apa, panasnya masih turun
naik. Rencananya hari senin aku akan kembali bekerja dan adikku kuliah, aku dan
adik sarapan pagi bersama tanpa sengaja adikku melihat kakinya sendiri yang
penuh dengan bintik-bintik merah, aku ingat ketika aku sakit demam berdarah
kakiku juga bintik-bintik seperti itu. Adikku tidak mau ke puskesmas katanya
dia baik-baik saja dan tidak merasa demam tapi aku memaksanya untuk cek darah
karena aku khawatir itu demam berdarah. Ketika di cek darah benar saja
trombosit adik turun menjadi 75rb, setengahnya dari normal. Akhirnya adik
dirawat di puskesmas. Pada saat itu aku tidak memberitahu mama karena aku takut
mama khawatir. Lalu aku beli makanan dan minuman untuk adikku, tapi siapa
sangka mama menelponku dan akhirnya aku memberitahu mama bahwa adik sakit demam
berdarah. Karena ponakanku perlu perhatian yang ekstra jadi mama, kakak, dan
kakak ipar menjaga ponakan, sementara itu aku menjaga adikku dipuskesmas. Mama
setiap hari datang tapi tidak sampai menginap, pada hari kedua trombosit adikku
turun menjadi 56rb dan pada malam harinya adikku mulai gelisah, kulitnya terasa
gatal katanya, dia menangis ingin pulang, aku sebenarnya bingung, tiba-tiba
adikku mimisan (keluar darah dari hidung), aku memanggil perawat dan perawat
bilang adikku harus di bawa kerumah sakit besar karena dikhawatirkan mimisannya
diakibatkan pendarahan. Aku mulai panik dan menelpon paman untuk menjemput
kami. Paman datang dengan istrinya dan dua paman lainnya. Lalu kami membawa
adikku kerumah sakit tempat ponakanku dirawat agar berdekatan sehingga lebih
mudah merawatnya. Adik sudah terlihat lemah dan pucat padahal sebelum-sebelumnya
dia terlihat segar bugar seperti bukan orang sakit, di jalan aku terus
mengeceknya khawatir pingsan.
Sampai dirumah sakit tempat ponakanku berada ternyata tidak ada kamar
kosong, lalu kami ke rumah sakit lain yang dekat dengan rumah sakit sebelumnya
dan ternyata rumah sakit itu pun juga penuh. Di rumah sakit ketiga kami
bersyukur karena ada kamar kosong. Akhirnya adikku dan ponakan dirawat dirumah
sakit yang berbeda. Mama merawat adik dan aku pulang kerumah, karena
dikhawatirkan keadaanku ngedrop lagi karena capek. Kini dirumah aku hanya
sendiri, rumah terasa sepi dan dingin karena hanya ada aku sendiri. Pamanku
menawarkan untuk menginap dirumahnya tapi aku tetap ingin tinggal dirumah, aku
tidak ingin rumah semakin dingin karena ditinggalkan pemiliknya. Aku ingin
menangis karena kejadian yang menimpa keluargaku tapi aku berusaha untuk tidak menangis dan terus
berdo’a semoga aku dan keluargaku kuat menghadapi cobaan ini, aku juga berdo’a
agar mamaku kuat dan selalu sehat karena orang yang paling lelah adalah mama
sudah hampir sebulan mama merawat kami yang silih berganti masuk rumah sakit.
Aku ingin menangis karena kejadian yang menimpa keluargaku tapi aku berusaha untuk tidak menangis dan terus
berdo’a semoga aku dan keluargaku kuat menghadapi cobaan ini, aku juga berdo’a
agar mamaku kuat dan selalu sehat karena orang yang paling lelah adalah mama
sudah hampir sebulan mama merawat kami yang silih berganti masuk rumah sakit.
Pada akhirnya dapat diketahui ponakanku ternyata juga sakit thypus dan
demam berdarah, tapi trombositnya dapat cepat naik. Setelah 3 hari dirumah
sakit besar adikku bisa pulang kerumah sementara ponakanku masih dirumah sakit
karena panasnya yang masih naik turun, dokter mengindikasikan ada penyakit lain
sehingga ponakanku harus di rongten, setelah hasil keluar ternyata ponakanku
ada sakit paru-paru. Subhanallah, cobaan belum juga selesai. Hingga aku
berangkat kerja, ponakanku masih dirawat dirumah sakit padahal biaya perawatan
terus membengkak, aku berharap dia bisa cepat sembuh dan pulang kerumah. Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar