Selasa, 02 Agustus 2011
(FF) Yesung " I'm A Singer" Part 1
Yesung Birthdayo Project
By : Yessis
PROLOG
Yesung menatap dirinya dicermin ruang latihan vocal, apa yang salah dengan dirinya selama ini? Dia masih tidak mengerti. Baru saja ia mendapat telpon dari temannya jaejung bahwa ia akan debut dengan grup baru bernama DBSK, grupnya berisi 5 orang dengan talent yang hebat dan juga penampilan yang menarik. yesung meletakkan kertas lagunya, ia bawa tasnya untuk pulang karena memang latihan sudah selesai dari tadi, awalnya ia ingin latihan vocal lebih lama tapi perasaannya sedang tidak enak. Melihat kawan sendiri bahagia tentu ia bahagia, tapi ketika memikirkan dirinya membuat ia bersedih kembali. Yesung berjalan keluar gedung SME untuk pulang kerumahnya di chunan jaraknya sekitar 4 jam perjalanan, ia ambil MP4 ditasnya kemudian memasang earphone ditelinganya, hal yang selalu membuatnya nyaman adalah mendengarkan lagu. Ia mendengarkan lagu hingga tak menyadari keadaan diluar dirinya, kakinya secara otomatis membawanya menuju stasiun, yesung menyebrang tanpa melihat kiri kanan, sebuah mobil menuju kearahnya dengan
kencang, lampu lalu lintas memang menunjukkan agar mobil terus melaju, yesung masih belum menyadarinya meski sudah diklakson………… “Awaaaaaaaaaaaaaas.” Teriak seseorang kemudian mendorong yesung sehingga terhindar dari tabrakan, beruntung mobil tidak menabrak mereka. Mobil berhasil berhenti didepan mereka. Yesung masih terdiam, orang yang mengendarai mobil keluar,
”Yaaa...Pabo..Kau ingin mati hah?” teriaknya
”Maaf...maafkan kami.” kata seorang anak perempuan yang menyelamatkan yesung. Kemudian si pengemudi pergi dengan perasaan kesal. Yesung di tuntun untuk berjalan ke trotoar.
”Hei, sadarlah.” kata anak perempuan, kemudian ia menginjak kaki yesung dengan keras.
”Auwww...” teriak yesung.
”Apa yang kau lakukakan?” tanya yesung sambil memegang kakinya yang sakit.
”Sudah sadar ternayata.” kata anak perempuan sambil tersenyum dengan cerianya, dia tidak merasa bersalah sama sekali karena telah menginjak kakii yesung. Yesung hanya bisa cemberut. Ia merasa ada sesuatu yang hilang.
”Kenapa ?” tanya anak perempuan heran.
”MP4 ku...” yesung berlari kejalan, ia melihat MP4nya sudah hancur berkeping-keping. Anak perempuan itu mengikutinya dari belakang.
“Wah, hancur. Sudah tidak apa-apa, kau kan tidak membutuhkannya lagi.” Kata anak perempuan dengan entengnya.
“Apa maksudmu? Itu adalah benda yang paling berharga untukku.” Kata yesung, ia benar-benar sedih karena ia membeli MP4 itu dengan susah payah, ia harus menabung berbulan-bulan untuk membelinya.
“Hahaha…” anak perempuan itu tertawa melihat yesung. Yesung menatapnya aneh.
“Hei, anak kecil, kenapa kau tertawa?” tanya yesung.
”Aku memang masih kecil masih sekolah dasar tapi aku sama sekali tidak menangis jika kehilangan barang kesukaanku. Jadi sebenarnya siapa yang anak kecil?” Tanya anak perempuan itu.
“Aku tidak menangis.” Kata yesung menyangkal, ia melap air matanya yang memang hampir keluar.
”Tapi...apa maksudmu aku tidak akan membutuhkan MP4ku lagi?” tanya yesung.
”Ya, untuk orang yang sudah akan mati tentu tidak membutuhkan MP4.” jawab anak perempua itu dengan singkatnya.
”Siapa yang akan mati? Aku sehat-sehat saja. Memang kau tuhan bisa meramalkan kematianku.” protes yesung.
”Aku tidak meramal. Bukankah kau tadi akan bunuh diri? Perbuatan bodoh yang dilakukan manusia karena putus asa.”
”kau ini, masih kecil tapi bicaramu seperti orang dewasa.” kata yesung tersenyum.
”Kenapa tersenyum?”
”Namamu siapa? Dari tadi aku belum berterimakasih karena kau telah menyelamatkanku.” yesung menyodorkan tangannya tapi anak perempuan itu hanya diam.
”Ah, ya, aku perkenalkan diriku dulu. Namaku Kim Jong Woon kelas 2. Namamu siapa? Aku sangat berterimkasih karena kau telah menyelamatkanku.” Tanya yesung sambil tersenyum ramah. Anak perempuan itu tersenyum,
“Namaku Michi kelas 5 SMP. Aku terima ucapan terimakasihmu. Syukurlah kau bukan ingin bunuh diri. Aku sangat membenci orang seperti itu” tiba-tiba pandangan mata michi berubah seperti orang yang terluka.
“Hahahah…tentu saja aku tak sebodoh itu ingin menyelapkan nyawa yang sudah tuhan anugerahkan padaku. Apa lagi dia telah memberiku suara yang indah.” Kata yesung narsis.
“Kau ingin menjadi penyanyi?” Tanya michi antusias. Yesung mengangguk.
”Kau pasti berhasil.”
”Bagaimana kau bisa tahu? Apa kau benar-benar peramal?” Tanya yesung.
“Aku yakin orang yang memiliki keinginan kuat untuk menggapai mimpinya, dia pasti akan berhasil, sebentar atau lama hasilnya tidak masalah.”
“Kau ini, bicaranya seperti bukan anak SMP.” kata yesung tersenyum
”Tentu saja, aku tidak akan pernah menyerah, semua orang mendukungku, oemma, appa, dan jongjin selalu menyemangatiku.” lanjutnya. Michi mengambil sesuatu dari tasnya. Ia mengambil beberapa gelang berwarna hitam lalu memberikannya pada yesung.
”Ini apa?” tanya yesung.
”Itu gelang, untuk mu. Tadinya aku ingin memberikannya pada kakakku tapi dia sudah tak membutuhkannya sekarang.” mata michi berkaca-kaca, ia terlihat sedih ketika menyebut kakaknya.
”Terimakasih. Apa ini gelang keberuntungan agar aku berhasil?” tanya yesung, ia memakai gelang-gelang tersebut di tangan kanannya.
”Bukan gelang keberuntungan. Itu hanya gelang yang akan mengingatkanmu bahwa ada seseorang yang selalu berharap dan berdo’a agar kau berhasil. Jika kau merasa sudah lelah dengan segala usahamu, lihatlah gelang itu, dan ingatlah aku selalu berdo’a kau akan berhasil.” kata michi, yesung termenung melihat gelang tersebut, ia tersentuh dengan kata-kata michi.
”Aku pergi. Bye.” michi melambaikan tangannya kemudian berlari pergi, ia menghilang keti berlari ke tikungan. Yesung membalas lambaian tangannya.
”Aku seperti pernah melihatnya.” pikir yesung. Tapi dia kemudian melupakannya.
”TERIMAKASIH...” teriak yesung sambil tersenyum. Kini ia pulang dengan hati yang sangat bahagia walaupun MP4nya sudah rusak, ia bertekad akan terus mengejar mimpinya demi keluarganya dan orang-orang yang mencintainya.
FLASHBACK
”Jongwooniiiiiiiiiiiiiiiii...Bangun.” teriak oemma yesung, ia melihat anaknya masih bergumul dengan selimutnya.
”Ada apa oemma? Aku ngantuk.” balas yesung dengan malas-malasan.
”Cepat mandi. Ibu mau membawamu kesuatu tempat.” Eomma duduk disamping yesung, mengambil selimut yang menutupi tubuh yesung. Yesung merasa kedinginan sehingga ia terbangun.
“Kita akan pergi kemana? Sekarang kan hari libur.” tanya yesung yang pada saat itu masih kelas 1 SMP. Adiknya jongjin yang masih SD kelas 4 datang, ia naik keatas kasur mengganggu hyungnya yang masih mengantuk.
”Hyung cepat bangun. Kita akan jalan-jalan.” kata jongjin yang menarik rambut yesung agar bangun.
”Aaauw...Sakit jongjin.” teriak yesung. Jongjin yang dibentak kemudian menangis. Yesung merasa bersalah kemudian memeluk jongin.
”Sudah ya... hyung tidak bermaksud membentakmu.” kata yesung berusaha meredakan tangisan jongjin. Oemma mengambil jongjin untuk bersiap-siap juga.
”Sudah, jongjin biar sama oemma aja. Kamu cepat mandi.” perintah oemma.
”Siap Boss.” yesung membuat gerakan hormat seperti upacara bendera, kemudian pergi mandi.
Yesung berdiri disebelah kanan oemmanya, jongjin dipegang erat oemmanya disebelah kiri. Yesung masih bingung kenapa oemmanya membawa ketempat yang tidak ia kenal sama sekali.
”Ayo kita masuk.” pinta oemmanya. Selain dirinya masih banyak anak yang seusia dirinya bahkan lebih muda berdatangan ke gedung tersebut dengan didampingi oleh orang tuanya, mereka bergumam seperti sedang bernyanyi tapi yesung masih bingung untuk apa dia dibawa kesana. Oemma teru berjalan masuk kedalam gedung, yesung berjalan mengikuti ibunya. Didalam lebih banyak anak lagi, mereka seperti berlatih bernyanyi, ada juga yang berlatih menari dan juga acting. Oemma yesung mengahampiri meja resepesionis.
”Ini nomor pendaftarannya.” kata oemma memberikan sebuah kartu keresepsionis yang sangat cantik.
”Nomor urut anak anda 151. anda bisa menunggu diruang tunggu.” kata resepsionis cantik.
”Sekarang sudah nomor berapa?” tanya oemma
”Sekarang baru nomor 21.” kata resepsionis kemudian tersenyum ramah. Oemma menggendong jongjin yang mulai terlihat gelisah karena keramaian. Oemma duduk disebuah bangku, lalu menyuruh yesung duduk disebelahnya. Yesung kemudian duduk, ia melihat seorang anak seumurannya sedang berlatih vocal, suaranya terdengar sangat merdu, yesung terus menatapnya sehingga anak tersebut merasa tidak enak.
”Apa ada yang salah dengan wajahku?” Tanya anak tersebut.
“Tidak. Suaramu sangat indah, kamu cocok jadi penyanyi, kenapa kau tidak ikut audisi untuk menjadi penyanyi?” Tanya yesung, ia tersenyum ramah agar anak tersebut tidak takut oleh tindakannya yang kadang menurut orang lain aneh. Anak yang diajak yesung memperlihatkan wajah yang sangat heran.
“Aku kesini memang akan mengikuti audisi untuk menjadi penyanyi.” Jawabnya dengan wajah yang masih terlihat takut.
“Bagus…Bagus….” Kata yesung lalu mengalihkan pandangannya kearah anak lai, ia merasa ada yang aneh dengan pembicaraannya dengan anak disampingnya, kemudian ia kembali melihat tajam anak disampingnya bahkan ia memegang erat pundak anak tersebut.
“Apa maksudmu? Disini tempat audisi?” tanya yesung tidak percaya.
”Ii..iiya, ini tempat audisi untuk menjadi artis.” kata anak tersebut semakin ketakutan,
”Tolong lepaskan tanganmu.” pintanya, yesung tersadar kalau dia memegang pundak anak tersebut terlalu keras.
”Jaejung, apa dia temanmu?” tanya seorang paman yang baru saja datang, tangannya memegang sebuah minuman. Jae jung hanya menggeleng aneh.
Yesung segera menatap oemmanya tidak percaya, ”oemma, apa ini tempat audisi?” tanya yesung,
”Ya.” jawab oemma dengan entengnya, ia mengelus-elus kepala jongjin yang sudah tertidur.
”Tapi oemma. Kenapa aku ada disini?” tanya yesung bingung.
”Kau ikut audisi ini.” kata oemma dengan wajah cuek.
”Oemmaaa.” teriak yesung sambil berdiri, semua orang melihat kearahnya. Ia sadar telah diperhatikan banyak orang, kemudian duduk lagi.
”Oemma kenapa tidak memebritahu akau terlebih dulku agar aku dapat mempersiapkan diri.” protes yesung.
”oemma lupa. Mianhe.” kata oemma tersenyum.
”anak oemma yang ganteng ini kan sudah berlatih setiap hari, jadi tidak ada bedanya jika kau langsung ikut udisi tanpa atau dengan persiapan.” lanjut oemma. Yesung merasa tubuhnya lemas, ia tahu sifat oemmanya, jadi percuma jika dia kabur dari audisi. Yesung melihat anak disebelahnya masih berlatih dengan serius.
”Kau sudah berlatih berapa lama?” Tanya yesung.
”Aku...? Hmmm kira-kira ketika ada pengumuman audisi.” jawab jaejung
”Berapa lama itu?” tanya yesung lagi.
”Sekitar dua bulan yang lalu” jawa jaejung singkat.
”Namamu siapa?’ tanya jaejung sambil tersenyum.
”Ah, ya. Namaku Kim Jong Woon. Kau bisa memanggilku Jong woon. Namamu siapa?” Tanya yesung, ia menyodorkan tangannya, jaejung kemudian memegangnya.
“namaku jaejung. Kau ingin menjadi apa? Penyanyi? Dancer atau actor?” Tanya jaejung.
“Aku ingin menjadi penyanyi seperti mu.” jawa yesung.
“Benarkah? Ternyata kita sama.” Mulai saat itu Jaejung dan yesung semakin dekat.
Jaejung yang sudah menyelesaikan audisinya pulang terlebih dahulu sedang yesung masih menunggu gilirannya. Ia memanfaatkan waktunya yang tersisa dengan sebaik mungkin untuk berlatih bernyanyi.
Papan Antrian menunjukkan no. 151, yesung berdiri. Ia merasa sangat tegang, ia melihat oemmanya yang tersenyum padanya. ”Aku pasti bisa melakukannya.” kata yesung dalam hati. Ia melangkahkan kakinya masuk kesebuah ruangan, ia melihat ada lima orang yang duduk di depan meja panjang, sedang ia disuruh berdiri didepan mereka. Seorang bapak yang berada ditengah melihatnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Yesung semakin merasa tegang karenanya.
“Perkenalkan dirimu” perintah seorang pria muda yang duduk paling kanan.
”Namaku Kim Jong Woon, umur 13 tahun kelas 2 SMP. Aku berasal dari chunan, nama ibuku…...”
“Cukup. Jangan terlalu panjang perkenalannya.” Kata pria ditengah memotong perkataan yesung. Ketegangan semakin menjalar keseluruh tubuhnya.
“Apa yang akan kau tampilkan?” Tanya pria tersebut.
“Aku akan bernyanyi.” Jawab yesung.
“Kalau begitu bernyanyilah.” Perintahnya. Yesung menelan ludahnya beberapa kali untuk mempersiapkan agar tenggorokannya baik-baik saja, lalu dia mulai bernyanyi.
Setelah selesai bernyanyi, ekspresi para juru idak memperlihatkan apapun, senang atau tidak. Yesung hanya berharap dengan latihannya selama 2 jam dia dapat memberikan yang terbaik.
”Silahkan keluar. Tunggu pemberitahuan dari kami.” kata juri yang ditengah. Yesung keluar dengan lemas. ’sepertinya mereka tidak puas dengan suaraku’ pikir yesung, ia berjalan dengan lemah, dari kejauhan seorang anak perempuan berlari hingga menabrak yesung.
”Ah, maafkan adikku.” kata seorang anak laki-laki yang sepertinya lebih tua dari yesung, dilihat dari seragam yang ia pakai, ia adalah siswa SMA.
”Tidak apa-apa.” kata yesung sambil tersenyum.
”Adikmu imut sekali.” kata yesung lalu mencubit pipi anak perempuan tersebut.
”Aaaaaaaaargh, lepaskan. Aku ini sudah besar, sudah kelas 5 SD.” Protes anak perempuan itu.
“Michi, jangan tidak sopan seperti itu. Ayo minta maaf.” Kata kakaknya. Michi cemberut tapi ia menuruti perkataan kakaknya.
“Aku minta maaf. Kau sudah besar, jangan menangis ya.” Kata michi pada yesung kemudian pergi bersama kakaknya. Yesung memegang matanya yang memang hampir mengeluarkan air mata. ’Aku sudah melakukan yang terbaik. Aku akan baik-baik saja.’ Kata yesung pada dirinya sendiri.
Oemma yesung bersama jongji menungg yesung diluar, mereka tersenyum pada yesung. Yesung berlari kearah oemmanya lalu memeluknya.
”Oemma.”
”Oemma tahu kau sudah melakukan yang terbaik.”
”Jongjiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin...Kembalikan radio hyung.” teriak yesung, dia mengejar jongjin yang mengambil radionya. Tapi jongjin cukup lincah sehingga ia kesulitan untuk menangkapnya.
”Cepat kembalikan.” pinta yesung.
”Tidak akan. Weeee.” Jongjin menjulurkan lidahnya pada yesung.
“Oemmaaaa. Anak-anakmu nih, bikin ribut aja.” Kata appa yang sedang membaca Koran di meja makan. Oemma segera datang dari dapur.
”Appa tolong oemma ya.” pinta oemma yang memberikan sebuah sodet pada appa. Appa tidak bisa protes kemudian pergi kedapur untuk menyelesaikan masakan istrinya.
”KIMJONGWOON, KIMJONGJIN.” oemma menjewer telinga yesung dan jongjin.
”Ampun oemma.” kata jongwoon dan jongjin bersamaan dengan nada memelas.
”Jongjin, radioanya.” Oemma mengambil radio yesung kemudian pergi kedapur.
”Oemma itu radioku. Berikan padaku.” pinta yesung dengan sangat memelas.
”Radio ini eomma sita. Kau jarang belajar gara-gara radio ini. Kalau nilaimu naik oemma akan memberikannya lagi padamu.” kata oemma kemudian pergi kekamarnya, menyimpan radio yesung dilemarinya.
Jongjin hanya tersenyum melihatnya. ”Ini gara-gara kamu.” kata yesung kesal kemudian pergi.
Yesung pergi ke belakang rumah kemudian membawa beberapa barang perkakas lalu pergi kedepan rumahnya sedang jongjin terus membuntutinya dari belakang. Yesung tak menghiraukan jongjin karena dia terbiaa diikuti jongjin seperti biasanya. Samapai dihalaman rumah yesung menggergaji kayu triplek yang sudah ia sediakan.
”jongwoon-ah, sedang apa?” tanya ji eun teman sekolah yesung yang kebetulan sedang lewat rumah yesung. Yesung tersenyum,
”Ada yang harus aku lakukan.” jawab yesung.
”Mau aku bantu?” tawar ji eun.
”Apakah tulisanmu bagus?” tanya yesung.
“Untuk apa?” Tanya ji eun heran. Yesung mengambil triplek persegi pangjang yang sudah dibentuknya, ia memberikannya pada ji eun.
”Ini...?” ji eun semakin heran.
”Tuliskan namaku disana.” pinta yesung. Dia juga memberikan cat biru dan kuasnya untuk menulis.
”Aku tulis apa?” tanya ji eun
”KIM JONG WOON HOME.” Kata yesung singkat lalu ia mengambil beberapa kayu, paku dan palu. Ji eun lalu melakukan pekerjaan yang diminta yesung. Jongjin terlihat tertarik oleh pekerjaan ji eun, ia terus memperhatikannya.
”Kamu ingin melakukannya?” tanya ji eun.
”Bolehkah?” tanya jongjin dengan wajah sumringah.
“Tentu saja. Aku sudah menulis KIM JONG, sekarang tinggal kau tulis WOON.” Kata ji eun. Jongjin mengambil kuas yang diberikan ji eun.
”Aku membantu hyungmu dulu ya.” kata ji eun, ia melihat yesung seperti sedang kesulitan.
”Baik. Aku akan menyelesaikannya.” jongjin dengan sangat senang menyelesaikan pekerjaan menulisnya.
”dimana papannya?” tanya yesung.
”Tunggu sebentar.” Kata ji eun.
Yesung sudah memasang papan nama dengan tongkat agar bisa berdiri. Yesung menacapkannya tepat didepan rumahnya.
“Sepertinya ada yang salah.” Kata yesung. Ji eun mengangguk. Mereka terus memandangi papan nama yang sudah jadi.
”KIM....JONG...JIN...HOME...” kata yesung mengeja.
”Apa kau lupa namaku?” tanya yesung pada ji eun.
“Aku ingat, tapi yang terakhir tulisan jongjin.” kata ji eun membela diri.
”Pantas tulisannya jelek.” kata yesung termangu.
”Jooooooooooooooong.....Jiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin...” teriak yesung, tapi siapa sangka jongjin sudah kabur duluan.
”Sudahlah, kita perbaiki lagi saja.” Kata ji eun.
Pada akhirnya ji eun dan yesung berhasil menyelesaikan pekerjaan mereka. Yesung tersenyum senang melihat hasil pekerjaannya.
”Sebenarnya ini untuk apa?” tanya ji eun masih tidak mengerti.
”Ini agar tukang pos tahu ini rumahku.” jawab yesung.
”Maksudnya? Aku tidak mengerti.” ji eun masih bingung. Yesung tersenyum melihat ji eun keheranan.
”aku ikut audisi SME, dan pengumumannya akan dikirim lewat pos. Aku hanya khawatir tukang pos melewati rumahku.” jawab yesung dengan polosnya.
”Hahahahaha...” ji eun tertawa hingga perutnya terasa sakit.
”Kenapa tertawa.” tanya yesung.
”Aktingmu hebat sekali. kau membuat lelucon dengan wajah yang sangat serius, itu benar-benar lucu.” kata ji eun masih tertawa.
”Aku memang serius.” kata yesung. Ji eun berhenti tertawa.
”Jadi kau benar-benar serius?” tanya ji eun. Yesung mengangguk. Ji eun kembali tertwa.
”Kau ini. Mana mungkin tukang pos akan lupa alamat rumah. Kita tidak tinggal dipedalaman jongwoon-ah.” kata ji eun.
”Besok pengumuman SME akan di kirim. Aku harus tidur lebih awal.” kata yesung pada diri sendiri. Ia menset alarm jamnya lebih pagi dari biasanya. Ia berbaring ditempat tidurnya kemudian memejamkan matanya. Pkl.08.00....tik...tak....tik....tak.... suara jam terdengar jelas ditelinga yesung, ia terus berusaha tidur, setelah sekian lama berusaha tidur, yesung menyerah dan membuka matanya, jam menunjukkan Pkl. 03.00 pagi hari.
”Sudah pagi, tukang pos pasti datang jam 6, itu artinya sebentar lagi. Lebih baik aku tidak tidur sekalian.” pikir yesung, ia keluar kamar untuk menonton TV, acara pagi hari tidak terlalu menarik perlahan mata yesung tertutup hingga ia benar-benar tertidur.
”jongwoonie bangun.” oemma membangunkan yesung. Yesung perlahan membuka matanya.
“Cepat sekolah, kau sudah terlambat sekolah.” Kata oemma.
“jam berapa sekarang oemma?” tanya yesung.
”Sudah jam 07.00.” jawab oemma.
”APA?” yesung terperanjat, sekolahnya masuk jam 07.00 sedang ia baru terbangun dari tidurnya. Ia bangkit masuk kamar mandi. Selesai berseragam yesung berpamitan pada oemmanya kemudian dengan secepat kilat berangkat sekolah.
Yesung masuk kedalam kelas, setelah mendapat hukuman dari guru karena telat, dia juga belum melihat surat pengumuman. Ia duduk dengan lemas.
”Hei...” panggil ji eun dari belakang.
”Kenapa kau terlihat pucat?” tanya ji eun khawatir. Yesung menengok kebelakang lalu tersenyum masam. Dia mengikuti pelajaran dengan tidak bersemangat. Biasanya dia paling ribut dikelas, tapi sekarang suaranya sama sekali tidak terdengar. Saat istirahat biasanya ia bermain basket bersama teman-temannya tapi sekarang dia hanya diam dikelas.
Bel pulang berbunyi, yesung langsung berlari keluar dengan terburu. Semua orang tidak terlalu heran dengan kelakuan yesung karena seperti biasanya dia selalu bersikap aneh.
Sampai dirumah yesung tak melihat seorangpun dirumah. Biasanya oemma sudah ada didapur untuk menyiapkan makan malam.
”Oemma...” panggil yesung, beberapa kali ia memanggil tapi tidak ada orang sama sekali. yesung melihat beberapa surat diatas meja, ia memeriksanya tapi tidak ada surat dari SME. Yesung mencari kegala ruangan barangkali oemmanya menyimpan suratnya ditempat lain. Tapi hasilnya nihil. Yesung sama sekali tidak menemukan apa-apa. Ia terduduk disofa.
”kemana semua orang.” batin yesung. Hingga akhirnya dia tertidur.
“Hyung, bangun. Ayo kita makan.” Jongjin sudah berdiri dekta yesung.
“Jongjin? Kau dari tadi kemana?” tanya yesung yang sudah terbangun.
”Oemma dan aku dirumah tetangga.” jawab jongjin kemudian pergi kemeja makan. Appa sudah duduk di meja makan. Yesung mengikuti jongjin kemudian duduk dikursinya.
”Jongwoonie Kamu kenapa? Sakit?” tanya appa.
”Aku tidak aapa-apa.” jawab yesung singkat. Oemma membawa beberapa makanan yang sudah dimasaknya.
”Appa harus menepati janji, mengajak kita semua jalan-jalan.” kata oemma.
”Iya, nanti setelah appa menyelesaikan pekerjaan appa.”
”Asyiiiiiiiik..” jongjin berteriak.
”Aku ingin pergi ke disney land.” kata jongjin.
”jongjinie, itu terlalu mahal, kita ketaman aja ya melihat bunga sakura.” kata appa. Jongjin cemberut mendengarnya.
”Memang appa janji apa dengan oemma?” tanya yesung bingung.
”Oh ya, oemma lupa. Sebentar ya.” oemma masuk kedalam kamarnya, dia membawa sebuah kertas kemudian memberikannya pada yesung, yesung membacanya.
”Selamat ya sayang.” kata oemma kemudian mencium kepala yesung. Yesung masih terdiam tidak percaya. Mimpinya benar-benar menjadi kenyataan.
END FLASBACK
TBC
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar