”Lupakan pertanyaan yang tak ada jawabannya itu. Akulah korban pertanyaan tersebut,” kata si lelaki yang tak lain adalah Sri Rama.
Jumat, 27 Juli 2012
Cara Mengetahui Seseorang Masih Mencintai Kita Atau Tidak
“Bagaimana mengetahui seseorang itu masih mencintai kita dan masih setia,” tanya seorang remaja pada dirinya sendiri.
“Lihat matanya,” jawab sebuah suara
 suatu kali, di kamarnya. “Mata adalah jendela jiwa. Mata tak pernah 
berbohong, ia tulus. Bahkan pada mata yang buta sekalipun,” lanjut suara
 itu lagi. 
“Adakah cara lain. Aku tak bisa 
dengan cara itu. Bahkan menatap matanya aku tak sanggup,” jawab si 
remaja. Suara itu tak menjawab. Lalu diabaikan jawaban dari suara yang 
entah dari mana itu. 
Setiap hari, si remaja terbangun 
dengan pertanyaan yang sama dalam kepalanya. Setiap hari pertanyaan itu 
berputar dalam kepalanya. Sampai pada suatu malam, seorang lelaki 
rupawan meloncat keluar dari pikirannya. Si lelaki berbadan tegap, 
mengenakan pakaian kerajaan dengan mahkota indah, berdiri di hadapannya.
”Lupakan pertanyaan yang tak ada jawabannya itu. Akulah korban pertanyaan tersebut,” kata si lelaki yang tak lain adalah Sri Rama.
“Sudah lama manusia menayakan hal 
itu. Jika manusia bisa menjawab pertanyaan tersebut takkan kubiarkan 
Sinta melompat ke dalam kobaran api,” kata Rama.
“Pertanyaan tersebut sudah kuajukan ke Dewata, tak ada satupun yang menjawab.” 
Ah, Rama yang kasihan, pikir si Remaja.  Setelah
 berjuang mati-matian membebaskan Sinta dari sekapan Rahwana, ia hanya 
mendapatkan keraguan. Ia tak yakin apakah perempuan yang direbutnya 
adalah seorang yang setia?
“Itu karena egomu. Egomu menutup matamu,” tukas si remaja. 
“Ah.. kau bocah ingusan, kau tak mengetahui rasanya mencintai yang sangat. Kau tak tahu rasanya menjadi aku.” 
Lalu, tiba-tiba, meloncat lagi 
seseorang dari kepala si remaja. Kali ini perempuan cantik, dengan 
tubuhnya yang harum semerbak. Sang perempuan mengenakan kebaya dengan 
bahu terbuka. Dari dandanannya pastilah ia seorang permaisuri raja Jawa 
atau paling tidak ia pastilah seorang putri raja.
“Aku permaisuri. Akulah korban pertanyaan tersebut,” kata si permaisuri. 
Samar-samar si remaja teringat 
legenda yang diceritakan gurunya dulu. Legenda dari daerah Jawa paling 
timur. Inilah mungkin permaisuri yang didakwa rajanya berselingkuh 
dengan seorang patih kerajaan.
“Iya, akulah permaisuri yang tidak dipercaya raja, lalu dititahkannya aku mengakhiri hidupku,” ucap si permaisuri.
Iya, tak salah lagi. Inilah legenda
 Banyuwangi, pikir si remaja. Sekarang ia bisa melihat detik-detik saat 
sang permasuri menenggak racun lalu menceburkan diri ke telaga. Masih teringat ia dialog terahhir legenda ini.
“Kakanda, jika nanti telaga ini 
berubah menjadi harum kau akan mengetahui bahwa aku masih setia dan 
mencintaimu. Kau akan menyesal karena tak memercayai cinta dan 
kesetiaanku,” ucap permaisuri.
“Jadi, bagaimana mengetahui seseorang itu masih mencintai kita dan masih setia,” tanya si remaja pada permaisuri. 
“Tidak. Kau tak layak mempertanyakan itu pada orang yang kau cintai.”
Si remaja tak puas dengan jawaban permaisuri. Lalu diusirnya Rama dan Permaisuri dari kamarnya.
Kamar sunyi kembali. Namun 
pertanyaan itu masih mendengung di telinganya. Bagaimana mengetahui 
seseorang masih mencintai kita dan masih setia? Kali ini, pertanyaannya 
hanya berputar di dalam tempurung kepalanya. (credit :Bambang Trismawan http://fiksi.kompasiana.com )
Selama ini aku merasa tidak ada orang yang mencintaiku, aku browsing-browsing di google yang katanya semua jawaban ada disana. ada yang bilang lewat matanya. boro-boro bisa liat matanya, aku tidak akan berani melihat mata orang yang aku sukai, jadi secara otomatis cara ini gagal. lalu bisa dari senyumannya. Hanya dengan mendengar suaramu, dia akan tersenyum tanpa sebab tapi aku sendiri tidak bisa tersenyum justru jika di dekat orang yang disukai karena tegang, jadi apakah cara ini bisa dipakai? lalu Dia akan lakukan apa saja untuk dirimu, tapi kalau memang orangnya baik dari sananya bukan karena menyukai kita bagaimana? bisa-bisa salah paham dong? heuh, "dalamnya lautan dapat diukur, dalamnya hati siapa tahu?" 
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar