Sabtu, 05 Maret 2011
My Paspor part 2 End
By : Yessis
Seminggu kemudian aku harus datang untuk mengikuti wawancara, foto dan sidik jari. Terpaksa aku harus bolos kerja lagi padahal aku masih dalam masa percobaan tapi aku tidak ingin melewatkan kesempatanku untuk mengajukan beasiswa.
Kamis malam aku berangkat dari tempat kerja untuk pulang kerumah agar besok aku bisa berangkat pagi-pagi untuk mengurus paspor. Semua orang sudah tertidur ketika aku sampai dirumah, setelah itu aku mandi dan tidur agar besok bisa lebih segar. Pagi hari aku terbangun dan bersiap untuk berangkat, ”memang mau ngapain lagi kesana?” tanya kakak, ”mau wawancara.” jawabku, ”oh wawancara, temen kakak ada yang nyampe satu bulan buat paspor karena wawancaranya susah, harus memakai bahasa jerman.” kata kakak mengagetkanku, ”dia mau ke jerman jadi diwawancarai menggunakan bahasa jerman.” lanjutnya membuat aku patah semangat, jadi jika aku akan ke korea maka aku akan diwawancara dengan bahasa korea? Batinku, apa yang akan aku katakan jika mereka wawancara dengan bahasa korea. Aku semakin tegang tapi aku sudah bulatkan tekad apapun yang terjadi aku akan tetap pergi, untuk selanjutnya kita lihat saja apa yang akan terjadi, aku selalu menanamkan dalam diri : kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi jika kita tidak melakukannya. Let do it.
Walau kaki melangkah dengan berat tapi hatiku berkata untuk terus melanjutkannya, aku berangkat tidak terlalu pagi karena pengalaman waktu hari senin pintu gerbang keimigrasian baru dibuka tepat jam8 pagi. Dengan tidak mendapatkan kendala diperjalanan, aku sampai jam7.30, 30 menit lebih awal. Tapi apa yang terjadi? Ternyata eh ternyata pintu gerbang keimigrasian sudah terbuka dan sudah banyak orang yang menyimpan berkasnya kepada petugas untuk mengantri. Aku pikir sudah datang pagi ternyata ada yang datang lebih pagi dariku. Ketika dibagikan no antrian aku mendapat antrian no. 38 lebih besar dibandingkan ketika hari senin waktu itu aku mendapatkan no. Antrian 24. Mungkin memang nasibku, aku berusaha untuk bersabar. aku diberi dua no. Antrian dengan nomor yang sama, satu kertas untuk antri pembayaran dan yang satu lagi untuk wawancara , foto dan sidik jari.
Kali ini aku lebih tidak beruntung aku tidak mendapatkan tempat duduk yang nyaman seperti dulu. Aku duduk dekat dua orang ibu yang satu berjilbab dan yang satunya tidak berjilbab dengan gaya rambut kriting seperti jaman dulu. Aku tak terlalu nyaman duduk dekat mereka karena si ibu rambut kriting terus mengoceh pada ibu yang berjilbab sepertinya dia belum terlalu tahu cara membuat paspor selain itu dia terus mengeluh, aku paling benci dengan orang yang banyak mengeluh, capek rasanya mendengarkan dia terus mengeluh. Aku putuskan untuk keluar sebentar karena no.antrian masih diurutan 3. kubeli permen pada bapak tua penjual permen, aku merasa kasihan melihatnya, tubuhnya sudah sangat ringkih tapi dia tetap bekerja keras untuk mencari nafkah. Selanjutnya aku masuk kembali kedalam, no. Antrian masih belum berubah. Sungguh lebih lama dibandingkan dengan hari senin,
Kemudian No. antrian untuk loket pembayaran berjalan dengan cepat aku bersyukur karenanya, aku membayar uang paspor sebesar 225rb. Loket wawancara tidak berubah sama sekali masih berada diurutan no. 7, aku tak tahu kenapa begitu sangat lama. Aku putuskan untuk duduk didekat loket wawancara kupandangi semua petugas wawancara. Ibu yang duduk disebelahku bertanya, “dapat antrian berapa?”, “no.. 38.” Jawabku., “lama sekali ya.” Kata ibu tersebut memulai pembicaraan, “ iya terutama ketika no. 7.”kataku, “iya, sepertinya banyak yang pakai calo jadinya lama.” Kata ibu tersebut berspekulasi. Deg, hatiku yang berusaha bersabar hancur sudah, aku sama sekali tidak berpikir ada pencaloan disana tapi ketika kuperhatikan datang seorang petugas mengantarkan seorang ibu dengan dandanan yang tebal untuk masuk loket wawancara, aku menjadi yakin pasti dia seorang calo karena ibu tersebut tidak memegang no. antrian sama sekali. Aku sangat kesal sekesal-kesalnya. Kupandangi setiap petugas wawancara dengan tajam, entah mereka mengerti maksudku atau tidak.
Waktu meunjukkan pkl.10.30, aku bertanya-tanya jam berapa petugas istirahat karena hari itu hari jumat pastinya mereka beristirahat lebih awal, yang menjadi pertanyaan mereka istirahat jam11 atau jam11.30 sedang aku belum juga dipanggil, urutan antrian masih di urutan 20-an, jika aku tidak dipanggil sekarang aku harus menunggu istirahat. Aku terus berdo’a agar aku dipanggil. Jam 10.30 no. antrian menunjukkan angka 34, itu artinya sebentar lagi aku akan dipanggil tapi hingga jam11 no. antrian masih belum berubah, aku melihat seorang petugas pewawancara keluar ruangan, dia menggunakan jaketnya sepertinya dia akan pergi. Gawat…..alamat harus menunggu hingga istirahat selesai.
Tiba-tiba no. antrian berubah hingga no. antrianku dipanggil. Nyaris sekali karena itu merupakan antrian terakhir yang dipanggil sebelum mereka istirahat. Selanjutnya aku difoto dan diambil sidik jari. Entah mengapa setiap pengambilan sidik jari dan tanda tangan aku selalu tegang, tanganku gemetar, sungguh memalukan padahal hanya diambil sidik jari. Selanjutnya aku diwawancarai, ternyata tidak ada yang namanya diwawancarai menggunakan bahasa asing. Ketika wawancara aku hanya ditanya namanya siapa dan berapa tanggal lahirku setelah itu tanda tangan lagi pula wajah mereka tidak meyakinkan bisa bahasa inggris apalagi bahasa korea.
SUKSES. Akhirnya semua sudah selesai tinggal menunggu beberapa hari utnuk mengambil paspor lagi pula aku bisa mendelegasikan kepada mama untuk mengambilnya. Paspor, I got u.
ALHAMDULILLAH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
selamat yessis, kamu lulus ujian tahap satu yaitu membuat paspor, saya yakin banyak sainganmu gagal di ujian ini dengan alasan ribet, cape, mahal, dan lain-lain. kamulah orang terpilih, semangat untuk ujian selanjutnya, semoga berhasil, whaiting!!!
BalasHapus