Minggu, 13 Maret 2011
(FF) No Other Part 2
Sudah 10 tahun berlalu tapi aku tak dapat melupakannya, waktu bersamanya memang hanya sesaat tapi aku tak bisa melupakan kenangan bersamanya. Suara dering hp menyadarkanku dari lamunan.
“Hallo oemma, apa kabar?.” Tanyaku pada ibu yang paling kusayang.
“oemma sangat meindukanmu, kapan kau akan kembali ke korea?” tanya oemma, lagi dan lagi oemma menginginkanku kembali kekorea dan berkali-kali aku membuat alasan tak bisa kembali ke korea.
“bukankah oemma tahu aku sangat sibuk disini,.” Kataku beralasan.
“eomma mengerti tapi eomma sangat merindukanmu, sudah sepuluh tahun kita tidak bertemu, apa kau tak ingin bertemu dengan eommamu ini?” kata eomma, suara serak mungkin sedang menangis.
“eomma, aku mohon jangan menangis.” Kataku, aku merasa terluka jika mendengar eommaku sedih.
“bukankah kamu bisa bekerja disini, lagi pula nenek sudah meeninggal, apalagi yang akan kau lakukan di Indonesia.” Kata eomma semakin tersedu-sedu. Kali ini aku tak bisa bertahan lagi, aku tidak ingin menjadi anak yang durhaka karena tak bisa membalas kebaikan orangtuanya.
“Baiklah, dalam beberapa bulan ini aku akan segera pulang ke korea.” Kataku lemas.
***
Jongwoon masuk kedalam ruang meeting, rapat direksi kali ini cukup penting karena menyangkut kebijakan perusahaan.
“rencana ini tidak pernah dilakukan oleh perusahaan. Terlalu gegabah jika kita meningkatkan kualitas barang tapi dengan harga jual yang sama.” Potes Tn Manju salah seorang pemegang saham,
“saya yakin dengan meningkatkan kualitas barang dan tetap menggunakan harga yang sama dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.” Selanjutnya jongwoon menjelaskan dengan data-data yang ia buat sehingga dapat meyakinkan semua orang untuk menyetujui kebijakannya sebagai direktur utama perusahaan.
Jongwoon keluar dari ruangan, “sepertinya beberapa orang pemegang saham tidak suka anda menggantikan ayah anda.” Kata hanyan asisten jongwoon.
“aku mengerti.” Jawab jongwoon dengan wajah dingin. Ia berjalan menuju ruangannya. “Tn. Jongwoon ada tamu yang ingin menemui anda.” Kata misun sekretarisnya, ia berdiri didepan ruangan jongwoon kemudian membukakan pintu untuk jongwoon, seseorang berlari kearahnya kemudian memeluknya,
“Oh, my love. Bagaimana harimu sayang.” Kata jongwoon,
“aku sudah membeli peralatan untuk sekolah, appa lihat sini.” Ajak michan, michan terlihat sangat senang sekali karena sebentar lagi dia akan masuk TK. Jongwoon melihat pakaian michan, dia mengernyitkan dahinya,
“Lho, kenapa bajunya memakai celana?” tanya jongwoon,
“maaf tuan, nona michan terus merengk ingin dibelikan seragam yang memakai celana.” Jelas pengasuh michan, dia terlihat sangat takut karena melakukan kesalahan,
“michan, sayang, kamu kan perempuan, harusnya perempuan memakai rok.” Jelas jongwoon pada michan,
“michan ga mau, michan mau seperti appa waktu kecil, memakai celana.” Tolak michan. Michan memang keras kepala seperti dirinya, mengurus seorang anak tanpa kehadiran seorang ibu memang sangat sulit,
“michan akan terlihat sangat cantik kalau memakai rok. appa tidak mau melihat michan lagi kalau michan memakai celana.”kata jongwoon pura-pura marah,
“ah,, appa jangan marah. Michan janji, michan akan memakai rok.” Kata michan mengusap wajah jongwoon, jongwoon balas mengusap wajah michan, “begitu dong, ini baru putri appa yang sangat cantik dan manis.”ucap jongwoon.
Jongwoon menikah setelah lulus kuliah dengan perempuan yang sudah ditentukan oleh ibunya, beruntung perempuan tersebut merupakan perempuan yang baik sehingga jongwoon mau menikahinya. Ketika melahirkan michan, istrinya meninggal karena pendarahan. Dan sekarang dia menguus sendiri michan tidak hanya sebagai seorang ayah tapi juga sebagai seorang ibu.
Jongwoon dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Sedang michan tertidur di sofa menunggu jongwoon selesai kerja. Jongwoon tak ada pilihan selain membiarkan michan sering datang ke kantor, kantor sudah seperti rumah kedua bagi michan. Jongwoon tak ingin michan merasa kesepian berada dirumah.
“appa sudah selesai?” tanya michan yang sudah terbangun, dia selalu bangun ketika jongwoon sudah selesai bekerja,
“sudah sayang. Ayo kita pergi.” Kata jongwoon, jongwoon memegang tangan michan mengajaknya pergi, hanyan mengikuti mereka dari belakang. Hanya pada anaknya jongwoon bisa terlihat lepas dan hangat batin hanyan.
***
“Jangan lagi...”kata jongwoon, dia tidak bisa menolak keinginan putrinya untuk bermain ice skating, permainan kesukaan michan,
”ayo appa cepat. Masa sudah satu tahun belajar masih belum bisa juga.” Ledek michan,
“appa bukannya tidak bisa hanya ga ahli.” Kata jongwoon,
“sama aja appa.” Kata michan cengengesan, dia sudah siap masuk arena ice skating, michan meluncur dengan mulus, meluncur kesana kemari sperti seorang pro, berbeda dengan jongwoon yang harus berjalan dengan susah payah, bekali-kali dia jatuh, orang-orang tertawa melihatnya.
“appa pegang tangan michan.” Kata michan yang tiba-tiba sudah ada didepan jongwoon, jongwoon memegang tangan kecil michan dengan perlahan kemudian berdiri, michan menarik jongwoon dengan susah payah,
“sudah...sudah...nanti kamu kelelahan.” Kata jongwoon,
“tidak apa-apa, michan adalah anak yang kuat.” kata michan mengangkat tangannya memperlihatkan ototnya yang kecil, tiba-tiba jongwoon terjatuh karena michan melepaskan pegangannya,
”hahaha..”tawa michan membahana, jongwoon pura-pura kesakitan agar terlihat lucu oleh michan.
***
Michan bersiap untuk tidur, jongwoon duduk duduk disebelah michan untuk bercerita., “ingin cerita apa kali ini?” tanya jongwoon,
michan menggeleng, “michan bosan. Appa cerita yang lain.” Pinta michan,
“michan ingin diceritakan apa?” tanya jongwoon,
”ceritakan kenapa appa sangat menyukai planetarium seperti michan menyukai ice skating.” pinta michan lagi, jongwoon terdiam sudah berkali-kali putrinya bertanya tentang planetarium tapi jongwoon tidak bisa menjelaskannya,
”sebaiknya michan segera tidur. Sudah malam.” kata jongwoon kemudian pergi. Michan sudah tahu reaksi appanya akan seperti itu jika ditanya tentang planetarium tapi dia tidak mengerti kenapa appanya selalu menghindar ketika ditanya planetarium.
***
Mika berdiri didepan pintu rumahnya, sudah lama sekali dia tidak melihat rumahnya. Seseorang membuka pintu, ”mikaaaaaa..” teriak eomma mika kemudian memeluknya, dia sangat merindukan putri satu-satunya yang selama 10 tahun tidak pulang.
”eomma sangat meindukanmu.” kata eommanya terisak,
”mika juga sangat merindukan eomma.”
Mika membuka kamarnya tak ada yang berubah dengan kamarnya, eomma bena-benar merawatnya dengan baik. Mika merebahkan tubuhnya dikasur. Sudah saatnya aku bangkit dan melupakanmu batin mika.
***
”perkenalkan, dia adalah ketua baru kalian. Namanya mika.” jelas kepala polisi kepada anak buah mika.
”apa? Ketua kami perempuan? Dia sangat tidak cocok untuk menjadi ketua.” protes shindong, dia kemudian berdiri didepan mika dengan sikap yang sombong,
”ketua kami hauslah orang yang kuat.” lanjut shindong, dia melepaskan pukulan ke wajah mika tapi mika dapat menangkisnya, ia tangkap tangan shindong kemudian memutarnya kebelakang, ”awhh...ampun.” kata shindong kesakitan,
”bagaimana? Apakah kalian sudah melihat kehebatannya?” tanya kepala polisi pada sungmin dan siwon. Yang akan menjadi anak buah mika adalah shindong, sungmin dan siwon.
Mika membaca profil anak buahnya. Shindong sudah dua tahun bekerja sebagai polisi, kemampuan beladirinya paling jelek dibandingkan kedua temannya yang lain tapi jika dibandingkan dengan polisi yang lain dia adalah yang terhebat, shindong sangat suka makan dan melucu, cita-citanya adalah menjadi pelawak tapi orangtuanya memaksa dia untuk masuk akademi kepolisian. Selanjutnya sungmin, dia sangat cerdas dan juga jago bela diri, menjadi polisi adalah cita-citanya, dia sangat mencintai pekerjaannya. Yang terakhir siwon merupakan idola bagi polisi perempuan, dia sangat tampan dan baik sehingga banyak orang yang menyukainya, dia pintar menggunakan senjata.
***
”appa cepatlah.” teriak michan yang sudah bersiap dengan helmnya yang berwarna pink, sudah menjadi kebiasaan jika hari libur, jongwoon akan mengajak michan untuk naik motor. Jongwoon keluar dengan memakai jaket kulit berwarna hitam,
”kamu sudah siap?” tanya jongwoon,
michan mengangguk kemudian jongwoon melajukan motornya. Michan terlihat sangat senang sekali, rencananya mereka akan berlibur ke pantai, tanpa disadari jongwoon ada yang mengikutinya dari belakang. Sampai didaerah yang sepi mobil tersebut mendahului motor jongwoon kemudian berhenti, jongwoon mengerem motornya secara mmendadak hingga terjatuh.
”michan.” teriak jongwoon yang mengkhawatirkan michan yang telempar beberapa meter dari tempat jongwoon dan motornya terjatuh, sekitar ada enam orang keluar dari mobil, dua orang mengambil michan sedang empat orang lainnya mengahalangi jongwoon,
”apa yang kalian lakukan? Lepaskan michan.” teriak jongwoon, tapi tangan jongwoon ditahan oleh dua orang dari mereka sedang dua orang lagi memukulinya. Jongwoon mendapat banyak pukulan tapi dia masih bisa meladeni semuanya tanpa ia sadari seseorang memukulnya dari belakang menggunakan pemukul baseball yang terbuat dari besi, dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika michan dibawa pergi. ”appaaaa.”teriak michan yang terdengar samar-samar ditelinga jongwoon.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar