#related-posts{float:left;height:160px;margin-bottom:10px; outline: 1px solid #fff;border: 1px solid #ddd;background: #f9fafb;} #related-posts h3{font-family: Francois One;font-size:20px;font-weight:400;color: #222222;margin-bottom: 0.5em;margin-top: 0.5em;margin-left: 0.5em;padding-top: 0em;} #related-posts ul{margin:5px;width:613px;padding-left:17px;list-style:none;display:block;} #related-posts ul li{list-style:none;position:relative;float:left;border:0 none;margin-right:11px;padding:2px;width:86px;} #related-posts ul li:hover{z-index:100} #related-posts ul li:hover img{border:3px solid #BBB} #related-posts ul li:hover div{font-size:7px;text-transform:capitalize;position:absolute;top:20px;left:-15px;margin-left:0;width:130px} #related-posts ul li img{border:3px solid #DDD;width:80px;height:80px;background:#FFF;display:block;} #related-posts ul li div{position:absolute;z-index:99;margin-left:-999em} #related-posts ul li .title{text-align:center;border:1px dotted #CCC;background:#fff;padding:5px 10px

Pages

Jumat, 25 Februari 2011

(FF) Memories Of Ddangkoma Part 2/2

     By : Yessis
     Part 1
              Hari pertama ujian aku telat masuk, hampir saja dosenku tidak mengijinkanku masuk. Aku segera  duduk dan mengerjakan soal sedangkan yesung masih saja mengikutiku kemanapun aku pergi. ”Hei dia berbuat curang, dia melihat buku.” kata yesung menunjuk seorang temanku yang sedang menyontek, aku tak menghiraukannya, aku harus fokus mengerjakan soal-soalku sendiri, ”anak ini bodoh, soal yang mudah saja dia tak bisa mengerjakannya.” yesung kembali membuat konsentrasiku buyar, ”diamlah, aku sedang mengerjakan soal.” kataku berbisik, akhirnya dia mau diam. Selesai mengerjakan soal aku langsung kelua kelas. ”Bagaimana? Apa kau bisa megerjakan soalnya?” tanya yesung, aku berusaha mengabaikannya agar dapat mengerjakan soal. ”Heuh, ini membosankan, lebih baik aku keluar.” yesung berjalan kearah pintu keluar kelas.
            Akhirnya selesai juga ujiannya, aku segera ke kantin untuk mengisi peutku yang lapar, tapi kemana yesung pergi dia tak terlihat sama sekali. Kenapa orang itu sering sekali menghilang. Selesai makan aku mencarinya keseluruh gedung tapi dia tidak dapat ditemukan, kali ini aku benar-benar khawatir. Ketika aku melewati ruang music aku melihat yesung terbaring dilantai dia terlihat kesakitan, tubuhnya menjadi transparan, aku berusaha memegang tubuhnya tapi tak bisa, ”yesung, kamu kenapa?” tanyaku khawatir,  yesung masih terlihat kesakitan, ”dadaku terasa sesak. Aku seperti merasakan sesuatu yang tubuhku rasakan.” jawabnya lemah, ”apa yang harus kulakukan?” tanyaku bingung, yesung menggeleng. Aku putuskan untuk kerumah sakit untuk melihat keadaan tubuh yesung. Aku berlari secepat yang aku mampu. Aku sampai dikamar yesung, aku terkaget melihat alat pernafasan yesung sudah terbuka. ”apa yang kau lakukan?” teriak yuna yang baru saja datang, yuna membenarkan alat pernafasan yesung kemudian memanggil suster setelah itu dia mengajakku untuk keluar, dia terlihat sangat marah. ”apa kau  gila, kau ingin membunuh yesung?” bentak yuna, aku tak dapat berkata apapun, aku berusaha menjelaskan”Aku...”, ”ada apa ini?” tanya oema yesung yang datang bersama adik yesung, ”kenapa kamu berteriak padanya, yuna?”, yuna berusaha untuk tenang, ”dia ingin mencelakai yesung.” yuna menunjukku, aku semakin bingung dengan tuduhan yuna, eoma dan adik yesung terlihat kaget, ”benarkah itu?” tanya eoma yesung, aku menggeleng, ”tidak, aku tak melakukannya.” aku berusaha membela diri. ”pergilah, jangan pernah kembali kesini.” oema yesung mengusirku, aku tak bisa berbuat apa-apa selain pergi.
            ”kau sudah merasa lebih baik?” tanyaku pada yesung yang sudah terlihat lebih baik, ”hmm, aku merasa lebih baik, sebenarnya apa yang terjadi?” tanya yesung, ”ada yang berusaha membunuhmu.” jawabku lemas, ”apa? Siapa yang ingin mencelakaiku?” tanya yesung kaget, aku menggeleng. ”kamu harus memberitahu orang tuaku.”, aku kembali menggeleng, ”kenapa?” tanya yesung, ”mereka mengira aku yang mencelakaimu. Mereka melihat aku berada dikamarmu dengan keadaan alat pernafasanmu sudah terbuka.” kataku, yesung terdiam. ”apa yang harus kita lakukan?” lanjutku, yesung terlihat berpikir keras, ”bagaimana jika kita berjaga dirumah sakit?” usul yesung, aku mengangguk mungkin kami bisa menangkap pelaku. ”tapi aku tak bisa dekat-dekat dengan kamarmu, mereka pasti akan mengusirku.”kataku, ”tenang kau menunggu saja ditempat yang tidak terlihat oleh keluargaku, aku yang akan berjaga dikamar. Jika terjadi sesuatu aku akan memanggilmu.” jelas yesung, ”Ok.” kataku.
            Yesung menunggu dikamarnya sedang mari menunggu diluar, dia masih tak percaya ada orang yang menginginkan kematiannya. Oema yesung terus duduk disamping yesung, wajahnya terlihat sangat lelah setelah berhari-hari menjaga yesung yang belum sadar juga, dokter masuk kemudian memeriksa yesung. ”bagaimana keadaan anak saya?” tanya eoma yesung, ”masih belum ada kemajuan, saya khawatir jika dalam seminggu dia tidak sadar juga maka akan terjadi kerusakan di saraf otaknya.” jelas dokter, oema yesung terlihat kaget kemudian pingsan, ”eomaaa..”teriak yesung, dokter dan suster membawa oema yesung keruangan lain agar dapat beristirahat.
            Yesung kembali keruangannya disana sudah ada kyu berdiri disamping tempat tidurnya, kyu terdiam dia tak berkata sama sekali kemudian dia meneteskan air matanya, ”jangan sedih, aku akan sembuh.” kata yesung pada kyu tapi kyu tak menyadarinya, kyu masih terus menangis tapi tiba-tiba wajahnya berubah tersenyum, ”maafkan aku, aku tak suka kau hidup.” perlahan kyu membuka alat pernafasan yesung, yesung terkaget dia berusaha menghentikan kyu tapi tak bisa, yesung mulai merasa sesak tapi dia berusaha untuk mencari mari. ”ada apa?” tanya mari khawatir melihat yesung semakin transparan, ”cepat...cepat...”yesung terjatuh, aku mengerti maksud yesung kemudian berlari kekamar yesung. Aku melihat kyu menutup wajah yesung dengan bantal, aku menarik kyu menjauhi yesung dan memasang kembali alat pernafasan yesung. ”apa kau gila?” teriakku pada kyu, kyu terlihat kaget melihat mari mengetahui aksinya. Kyu mencekik mari, mari berusaha melepaskan cekikan kyu, wajahnya mulai memerah, kemudian mari menendang kaki kyu sehingga kyu melepaskan cekikannya, mari berlari keluar dan di kejar kyu.
            aku berhenti, aku berada diatap gedung tak ada jalan lagi untukku berlari, kyu pun berhenti, ”kenapa kau ingin membunuh yesung?” tanyaku, aku berusaha tetap menjaga jarak. Kyu menyeringai, ”kamu lagi kamu lagi, sudah berkali-kali kamu menyelamatkan yesung.”kata kyu, ”kamu ingin tahu kenapa aku ingin membunuhnya? Aku membencinya. Aku bosan berada terus dibelakangnya. Yang pantas menjadi lead vocal adalah aku. Dan...apa kau tahu siapa yang membuat kyu mengalami kecelakaan?..itu adalah aku, aku yang menabraknya...tapi kau malah menolongnya” kata kyu, dia tidak terlihat merasa bersalah sudah berusaha membunuh yesung, ”sebelum membunuh yesung. Aku akan membunuhmu terlebih dulu.” kyu mendorongku hingga ku terjatuh dari gedung, beruntung tanganku masih memegang besi sehingga tak terjatuh, ”hentikan.....” teriak yesung, kyu tak dapat menyadari keberadaan yesung, di berusaha melepaskan pegangan tanganku, aku sekuat tenaga memegang besi tersebut, yesung berusaha memukul kyu tapi tangannya masih tembus, tangan kiriku lepas, ”tidakkk...” yesung kembali berteriak dan berusaha memukul kyu kembali, pukulannya kini bisa mengeenai kyu hingga kyu pingsan. ”tetaplah berpegangan.” kata yesung, dia berusaha memegang tanganku tapi tangannya masih tembus. ”aku tak kuat.” kataku, peganganku semakin melemah, ”jangan bilang seperti itu, kau harus bertahan.” kata yesung, dia terus berusaha agar bisa memegang tanganku, ”maafkan aku.” tanganku kananku melepaskan pegangan pada besi, aku memejamkan mataku tapi ada yang aneh sesuati yang dingin memegang tanganku, ”aku tak akan membiarkanmu terjatuh.” kata yesung memegang tanganku, aku membuka mata kemudian tersenyum, yesung berusaha menarik tanganku, tapi sesuatu yang aneh terjadi padanya, tubuhnya kembali transparan, ”ada apa denganmu?” tanyaku, ”entahlah, tapi aku tak merasa kesakitan seperti biasanya.” kata yesung, tangannya masih memegang tanganku, ”mungkin kau akan sembuh. Jadi arwahmu akan kembali ketubuhmu.” kataku gembira, ”tidak...aku tidak boleh sembuh sekarang. Aku harus menyelamatkanmu dulu.” kata yesung khawatir, ”tak apa. Aku senang kau sembuh. Lepaskan aku, ini akan percuma.”kataku, yesung menggeleng, dia terus memegang tanganku, badannya semakin tak terlihat, ”tidak...tidak...”yesung menangis melihat tubuhnya semakin tak terlihat, aku sedih bukan karena aku akan mati tapi karena melihat yesung menangis. Yesung benar-benar menghilang dan aku terjatuh, aku tak menyesal bisa menolongnya. Aku berharap dia bisa bahagia.

            Aku membuka mataku secara perlahan, kepalaku terasa pusing dan semua badanku terasa sakit, aku bingung, sebenarnya aku ada dimana semua dinding berwarna putih, seseorang  memanggilku, ”mari-shi, apakah kau sudah sadar? Mari-shi.” dia terus memanggilku hingga kesadaranku memulih, ”yesung-shi? Kenapa kita ada disini?” tanyaku lemah, entah kenapa badanku terasa tak bertenaga. Yesung tersenyum, ”syukurlah kau sudah sadar. Kau tak ingat kejadian teakhir kita bertemu? Aku hampir tertabrak ketika akan mengambil ddangkoma dijalan, tapi aku tak apa-apa karena kamu menyelamatkanku dan sebagai gantinya kamu yang harus berbaring dirumah sakit.”, aku tak mengerti maksud yesung, bukankah yang tertabrak itu dia dan apakah kejadian yang aku alami selama ini hanya mimpi? tanya batinku, "kamu sudah sehat?" tanya seseorang disamping yesung, "kenalkan, dia kyu." kata yesung, kyu tersenyum padaku tapi senyumannya seperti seringai serigala yang akan menerkam mangsanya.......

END

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar