#related-posts{float:left;height:160px;margin-bottom:10px; outline: 1px solid #fff;border: 1px solid #ddd;background: #f9fafb;} #related-posts h3{font-family: Francois One;font-size:20px;font-weight:400;color: #222222;margin-bottom: 0.5em;margin-top: 0.5em;margin-left: 0.5em;padding-top: 0em;} #related-posts ul{margin:5px;width:613px;padding-left:17px;list-style:none;display:block;} #related-posts ul li{list-style:none;position:relative;float:left;border:0 none;margin-right:11px;padding:2px;width:86px;} #related-posts ul li:hover{z-index:100} #related-posts ul li:hover img{border:3px solid #BBB} #related-posts ul li:hover div{font-size:7px;text-transform:capitalize;position:absolute;top:20px;left:-15px;margin-left:0;width:130px} #related-posts ul li img{border:3px solid #DDD;width:80px;height:80px;background:#FFF;display:block;} #related-posts ul li div{position:absolute;z-index:99;margin-left:-999em} #related-posts ul li .title{text-align:center;border:1px dotted #CCC;background:#fff;padding:5px 10px

Pages

Sabtu, 26 Februari 2011

(FF) No Other Part 1

 

By : Yessis

Aku hanya siswa biasa yang memiliki prestasi yang biasa-biasa saja, hidupku sungguh membosankan terkadang aku ingin mengakhiri hidupku yang membosankan ini. Ayahku seorang pegawai swasta dengan penghasilan yang cukup bagi keluaga, ibuku seorang ibu rumah tangga  seperti ibu-ibu pada umumnya ibuku sangat cerewet aku memiliki dua saudara seorang kakak dan adik laki2 yang nakalnya luar biasa sehingga menyedot semua perhatian kedua orangtuaku, sedangkan aku meskipun anak perempuan satu2nya, aku sama sekali tak dihiraukan, mereka tak pernah mengkhawatirkanku.


            Sekolah musim panas telah dimulai, aku berjalan gontai menuju rumah setelah sekolah seharian, aku malas untuk pulang, tak ada hal menarik yang bisa kukerjakan seperti anak-anak yang lain. 

“Mika, ayo kita ke kolam renang, kita bersenang-senang disana.” Kata Sunmoon yang berlari kearahku, 

“maaf aku harus segera pulang, ibu sudah menunggu dirumah.” Jawabku sekenanya, “pasti ada pesta dirumahmu.” Sunmoon tersenyum padaku, aku tersenyum kecut.

Sunmoon pergi bersama teman yang lain untuk bermain, aku bukannya tak punya teman hanya saja aku malas untuk berteman terlalu dalam, aku tak mudah percaya pada orang lain. Aku melanjutkan perjalananku, sengaja ku tempuh jalan yang lebih jauh agar tak cepat sampai dirumah. Ketika aku melewati sebuah rumah tua terdapat lima anak smp yang sedang menyiksa seekor anak kucing, aku kasihan melihatnya tapi aku tak berani untuk menghentikan mereka, mereka tertawa tanpa merasa kasihan pada anak kucing itu. Aku terus melihatnya dari balik pohon. Seorang lelaki tiba-tiba datang dan menghampiri mereka, kelima anak smp itu berlari ketakutan, apa yang dilakukan lelaki itu hingga mereka kabur batinku. Lelaki itu bermata sipit dilihat dari seragamnya seperti seragam sekolahanku tapi aku tak pernah melihatnya, baju seragamnya terbuka dengan kaus putih didalamnya, rambutnya berantakan, matanya sangat sipit meskipun penampilannya berantakan tapi wajahnya terlihat sangat teduh ketika ia mengobati luka anak kucing yang disiksa tadi, dia berbicara dengan anak kucing tersebut, si anak kucing memperhatikannya seperti mengerti apa yang dikatakan penolongnya. Tanpa sadar aku terus melihat percakapan antara dua makhluk yang berbeda itu.

            Hari sudah gelap ketika aku sampai dirumah, semua orang sudah berkumpul untuk makan, semua berbicara tentang hari yang mereka alami,

“aku bertemu dengan dosen pembimbingku yang menjengkelkan itu hari ini tapi dia tak mau ditemui aku terus menunggu dan hal itu membuatnya luluh dan mau menemuiku.” Kata kakak pertamaku bernama siwon, dia pasti berbohong mana mungkin dia segigih itu utnuk bertemu dosen pembimbing padahal skripsinya saja tak pernah dikerjakan, sudah tahun ke-6 dia kuliah tapi belum lulus juga. Tapi ayah dan ibu begitu antusias mendengarkannya lain lg dengan adikku rewok, selalu minta dibelikan ini dan itu, ibu selalu mengabulkannya,

“bagaimana dengan harimu, Mika?” tanya ayah,

 “aku belajar seperti biasa.” Jawabku sekenanya.

Setelah selesai makan aku kembali kekamarku, tempat paling nyaman dirumah ini, tak seorangpun yang boleh masuk kedalam kamarku termasuk ibu dan ayah. Kurebahkan tubuhku di kasur kesayanganku, tempatku melepas lelah dan kesedihan, aku mengingat kembali kejadian tadi siang, aku merasa senang melihat wajah teduhnya, ia robek kaosnya untuk membersihkan luka anak kucing itu, aku ingin mencarinya besok disekolah tapi apa yang akan kulakukan jika sudah bertemu dengannya, aku terus berpikir hingga aku tertidur.
***
            Pagi yang cerah bagiku, padahal langit sedang hujan gerimis, musim panas seperti ini jarang sekali hujan mungkin langit mengetahui isi hatiku yang sedang gembira karena kejadian kemarin siang. Aku berangkat sekolah melalui jalur yang kemarin siang aku lewati berharap dapat bertemu dengannya, tapi ia sama sekali tak terlihat. Aku mencari disekaloah dan hasilnya nihil hingga bel masuk berbunyi aku tak menemukannya, aku bingung dengan diriku sendiri kenapa begitu ingin bertemu dengannya.

Guru masuk ke kelas bersama seorang murid, aku kenal mata itu dan cara berpakaiannya sama tapi tak ada ketenangan diwajahnya, tatapannya sangat dingin dia bahkan tak memperkenalkan dirinya, dia berjalan ke bangku pojok paling belakang dekat jendela, shi yoon yang duduk disana pindah karena takut ditatap oleh matanya yang dingin, dia duduk dan pandangannya menuju luar jendela dia sama sekali tak memperhatikan apa yang dikatakan guru,

“rubah kelakuanmu jika ingin lulus, ini kesempatan terakhirmu untuk bisa lulus sekolah.” Kata guru padanya, bu guru tampak kesal karena tak dihiraukan sama sekali, sepanjang pelajaran ia hanya tertidur, sikapnya berbeda 180 derajat dengan yang kemarin. Bel istirahat berbunyi semua orang meninggalkan kelas untuk makan, dia tetap tertidur aku terus memperhatikannya,

“pergilah jangan menggangguku.” Katanya dengan keadaan tetap tertidur, aku melihat kesekeliling hanya ada aku dan dia disana.

“kau tak makan?” Aku berusaha akrab dengannya.

Dia berdiri dan belalu begitu saja, aku merasa kaget tak pernah aku bertemu orang seangkuh itu,  dalam sekejap aku sangat membencinya atas perlakuannya yang tak sopan.

Merasa bosan berada dikelas aku keluar mencari udara segar, aku melihat teman-teman berlarian ke atap, sunmoon datang dan mengajakku untuk keatas “ada perkelahian, sepertinya seru, ayo kita lihat.” ,
***
dia bediri berhadapan dengan giant yang terkenal nakal dan jago berkelahi, angin menggerakkan rambutnya, “kenapa mereka berkelahi?” tanyaku,

“entahlah, kamu ingat tidak kejadian tahun lalu salah satu teman kita ditusuk, kamu tahu siapa yang menusuknya?” aku menggeleng,

”dia orangnya, jongwoon, kim jongwoon.” Aku tak percaya apa yang kudengar setega itukah dia.

“dia seorang legenda kenakalan, sudah sering kali dia diskors dan yang terakhir cukup parah dia dskors selama satu tahun tapi entah mengapa dia tetap dipertahankan oleh sekolah, mungkin orangtuanya kaya.” Aku menyimak apa yang dikatakan sunmoon dengan seksama.

“kim jongwoon, seorang petarung yang hebat....katanya..hahhah” gaint tertawa dengan keras, jongwoon hanya tertawa sinis mendengarnya, tiba-tiba tangan gaint sudah mendarat dirahang jongwoon, darah mengalir disudut bibir jongwoon,

“HENTIKAN.” Aku berteriak dan berlari menuju jongwoon, kakiku tersandung pipa paralon tangankku refleks memegang celana jongwoon sehingga melorot, jongwoon hanya terdiam sedangkan aku tetap terduduk di lantai karena malu oleh kelakuan bodohku, semua orang menahan tawanya karena kejadian ini. Guru datang semua orang bubar kecuali kami bertiga, gaint menarik kembali celana jongwoon yang melorot dan merapihkannya kembali.

“maafkan aku bos.” Kata gaint,

’jadi apa maksudnya? Kenapa gaint memanggilnya bos? Apa mereka berteman?’ pikirku

 “kalian bertiga datang keruangan saya sekarang juga.” teriak pak jeung gu. Kami mengikutinya dari belakang.
***
            ”Mika karena kamu tak pernah memiliki catatan buruk, bapak percaya kamu hanya kebetulan berurusan dengan mereka, kamu boleh pergi.”,

”baik pak.” aku keluar dari ruangan BP dengan gontai, baru kali ini aku melakukan hal bodoh.
***
            Sepertinya jongwoon di skors, dia tak masuk hari ini. Kenapa aku memikirnkannya, aku tak mau peduli dia masuk atau tidak batinku. Tapi tanpa aku sadari aku terus memikirkannya.
***
            Mika berdiri di depan gedung olahraga seoul, dia terus memandang kearah kerumunan orang yang antri masuk ke gedung untuk melihat pertandingan badminton. Seseorang menarik tangannya, Mika kaget dan berusaha melepaskannya.

”hei, lepaskan tanganku.”teriak Mika, jongwoon tetap memegangnya dan menariknya kearah antrian. ”lepaskan, apa kau sudah gila.” Mika semakin histeris membuat orang-orang melihat kearah mereka berdua.

”kita nonton pertandingan.” kata jongwoon dengan muka datar dan menunjukkan karcis yang ia bawa. ’kenapa tiba-tiba dia ada disini dan mengajakku nonton? Aneh.’ Pikir mika.

”setidaknya katakan dulu maksudmu sebelum menarik tanganku.” Mika mengambil tiketnya dan ikut mengantri seperti yang lain untuk masuk ke gedung, jongwoon bediri dibelakangnya,

”jangan dekat-dekat.” kata Mika ketus, jongwoon mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak.

”kenapa kita duduk disini?” protes jongwoon, Mika mengajaknya duduk dibangku penonton lawan. ”kamu tak melihat wajahku, apa aku seperti orang korea?” tanya Mika, jongwoon hanya menatapnya tanpa merespon sedekitpun, lalu ia palingkan wajahnya kelapangan.

”aku orang indonesia, dan tentu saja aku membela indonesia.” Mika melanjutkan ceritanya sebelum pertandingan dimulai, ”aku pindah ke korea tiga tahun yang lalu, ibuku menikah dengan orang korea, aku menyukai negara ini tapi aku merindukan kampung halamanku sendiri.” Mika menghentikan ceritanya ketika pertandingan dimulai.

            Jongwoon tak pernah tertarik dengan pertandingan badminton tapi kali ini ia merasakan sebuah kesenangan menonton pertandingan, gadis disampingnya membuat ia larut dalam ketegangan pertandingan, gadis itu menunjukkan sikap yang polos dan jujur, wajahnya terlihat khawatir ketika pemainnya tertinggal poin, wajahnya penuh harap agar pemainnya menang, dan juga berjingkrak senang ketika pemainnya menang, sikap alami yang ditunjukkan oleh semua penonton tapi ia merasakan perasaan yang berbeda ketika memandang gadis disampingnya, ia merasakan emosi yang dirasakan oleh Mika.

            Mika melihat sedikit senyuman dari laki-laki disampingnya, dia sangat senang bukan hanya karena kemenangan yang diraih oleh negaranya tapi juga oleh senyuman tipis dari laki-laki yang tanpa sadar ia sukai.

            Jalanan masih penuh oleh orang-orang yang baru selesai menonton pertandingan. Mika bejalan dibelakang jongwoon,

”kenapa mengajakku menonton petandingan?” tanya Mika pensaran,

”aku hanya kasian.” jawab jongwoon tanpa menoleh sedikitpun, Mika kesal melihat sikap jongwoon yang dingin,

”terserah, yang penting aku bisa nonton gratis. Terimakasih.” Mika berlari melambaikan tangannya pada jongwoon dan kemudian naik bis. Jongwoon terus berdiri memandang kepergian bis yang dinaiki Mika.

            Jongwoon terus menatap kepergian bis yang ditumpangi Mika, sebuah mobil sedan hitam berhenti dihadapannya, seseorang keluar dari dalam mobil dan menundukan kepalanya,

”maaf saya terlambat.” ucapnya, pria itu ketakutan karena telah terlambat menjemput tuannya, dia adalah supir pribadi jongwoon bernama Mr. Jhun. Jongwoon tak memperdulikannya dan masuk kedalam mobil, Mr. Jhun kemudian melajukan mobilnya.

”hari ini tuan dan nyonya akan merayakan hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke-27 tahun, nyonya menginginkan anda datang.” ucap Mr. Jhun sambil menyetir.

”apanya yang bisa disebut pernikahan, untuk bertemu seminggu sekalipun sulit sekali.” kata jongwoon, lebih seperti bicara pada dirinya sendiri. Mr. Jhun sudah terbiasa dengan sikap tuannya yang dingin dan tidak peduli dengan sekitarnya.
***
            Jongwoon menatap dirinya di cermin memakai setelan jas berwarna hitam dengan rambut disisir rapi dan sepatu mengkilat. Dia berpikir untuk apa ia menghadiri acara ini, toh ayah dan ibunya tidak akan seperti pasangan suami istri pada umumnya, apakah karena ia masih berharap untuk memiliki keluarga yang hangat.

”tuan silahkan turun acaranya sebentar lagi akan dimulai,” seseorang berbicara diluar kamar membuyarkan lamunan jongwoon.

            Pesta ulang tahun pernikahan yang sangat megah disebuah hotel berbintang, tentu pasangannya bukanlah pasangan biasa, mereka adalah keluarga Oh merupakan pemilik OH company yang bergerak di berbagai bidang dari properti hingga penjualan makanan. Mereka memiliki dua orang putra, putra kedua meninggal karena kecelakaan ketika bermain ski, sedang putra pertama adalah seorang pria muda yang sedang berdiri didepan pintu hotel, dia merasa enggan untuk masuk, setelah lama berdiri jongwoon melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam hotel.

            Ny. Oh terlihat cantik dengan gaun merah hati yang ia pakai, wajahnya tetap terlihat muda meskipun sudah memiliki anak yang berumur 18 tahun. Tak berbeda jauh, Tn. Oh pun terlihat gagah dengan setelan jas yang ia gunakan, badannya tinggi dan tegap terlihat sekali ketika muda pasti ia menjadi pujaan banyak wanita. Masing-masing sedang berbincang-bincang dengan tamunya, mereka terlihat sangat mesra jongwoon tersenyum sinis melihatnya. Ny. Oh yang melihat kehadirannya kemudian menghampirinya dan menciumnya,

”aku senang kau datang, ayo ibu perkenalkan dengan teman-teman ibu.”

Ny. Oh menarik tangan jongwoon dan memperkenalkan anak satu-satunya pada semua rekan bisnisnya, mereka memuji jongwoon setinggi-tingginya padahal jongwoon tak memperlihatkan sikap yang ramah pada mereka, karena jongwoon bagian dari keluarga Oh sehingga mereka tetap memujinya. Jongwoon mulai bosan mendengar perbincangan ibunya dengan rekan bisninya. Jongwoon menarik diri dan menuju meja makanan, ia merasa sangat lapar, jongwoon baru ingat semenjak pagi ia belum makan sama sekali. Jongwoon mengambil beberapa kue untuk mengganjal perutnya, seorang pria gemuk menubruknya dan menumpahkan minumannya ke baju jongwoon,

”ah, maaf saya tidak sengaja.” pria tersebut menunduk minta maaf,

”kalau jalan pakai mata, jangan pakai perut.” teriak jongwoon menumpahkan kekesalannya pada pria gendut dihadapanya, pria tersebut kaget dan juga marah karena ketidaksopanan anak muda dihadapannya,

 ”saya kan sudah minta maaf, anda tidak perlu berteriak, saya bisa mengganti rugi jas anda yang kotor.” ucapnya dengan nada suara tinggi,

”tak usah, anda tidak akan sanggup menggantinya.” jongwoon pergi begitu saja,  pria gemuk tersebut tak percaya ada anak muda yang sangat tidak sopan seperti dia.

            Jongwoon keluar hotel, ia membuka jas dan bajunya dan membuangnya ketempat sampah, orang-orang memandang kearah jongwoon tapi ia tak peduli sama sekali, ia keluar hotel mengenakan kaus singletnya. Kalau sudah kesal seperti ini dia lebih senang pergi ke suatu tempat yang bisa melampiaskan amarahnya.
***
            Suara orang-orang berteriak membela jagoannya terdengar dimana-mana, ada yang memaki karena jagoannya mulai kalah, ada yang menyemangati karena jagoanya berada diatas angin. Jongwoon menuju meja bar kemudian duduk,

”ingin sesuatu yang menenangkan? Aku punya minuman istimewa.” seorang pria jangkung dan putih menyambut jongwoon dengan senyuman, dia adalah bartender ditempat tersebut dan sudah seperti teman baik baginya, namanya kyuhyun.

”buatkan aku jus.” jawab jongwoon,

”seperti biasa anak mama tak akan berani melanggar peraturan.”, jongwoon berdiri kemudian memegang kerah baju kyuhyun dan hampir saja ia menonjokknya,

”ok, ok, calm down. Jus strawberry kan? Aku segera membuatnya.” jongwoon sadar dan melepaskan pegangannya.

Suara sorak sorai terus membahana ketika si botak bertubuh kekar terus memukuli lawannya yang sudah hampir mati, dia melepaskannya setelah wasit menyatakanya menang, wajahnya yang bengis terus berteriak,

”siapa lagi pecundang yang ingin aku lumat?” tantang si kepala botak bertubuh kekar dengan jenggot dan kumis yang membuatnya semakin menyeramkan. Jongwoon meminum jus yang ia pesan hingga habis dan berjalan menuju ring.

”kau takkan pernah melihat bahwa matahari itu indah lagi.” kata jongwoon tersenyum sinis, si kepala botak semakin garang dan langsung memukul jongwoon, jongwoon terpelanting, darah keluar diujung bibirnya kemudian dia bangkit lagi sedikit sempoyongan, si kepala botak menyarangkan tinjunya ke perutnya tapi jongwoon dapat mengelaknya, kaki si kepala botak dengan cepat menedang uluh hati jongwoon kini jongwoon benar-benar kesakitan, walau begitu dia tetap tertawa entah apa yang ia tertawakan, si kepala botak semakin marah melihat tingkah jongwoon, jongwoon mendapatkan banyak pukulan. Jongwoon benar-benar merasakan kemarahannya memuncak, tangan kirinya melancarkan sebuah tinju ke rahang si kepala botak, orang tersebut langsung tumbang dan tak sadarkan diri, wasit menyatakan jongwoon menang.

Kyuhyun berusaha menolong jongwoon yang babak belur tapi jongwoon mengabaikannya kemudian keluar. Wajah jongwoon hampir tak bisa dikenali, wajahnya lebam dan darah mengucur dari pelipis dan bibirnya. Jongwoon terus berjalan hingga ia sampai di jalan dekat sekolah, entah mengapa ia malah pergi ke sekolah.
***
            Mika baru saja pulang les dari sekolah, hari yang melelahkkan karena hari ini ia harus pulang malam, dia berjalan sendirian karena ia lebih senang sendirian. Seseorang memegang pundaknya, Mika kaget ketika menengok ia melihat orang berwajah berantakan, reflek Mika memukulinya dengan tas yang ia bawa.

”jangan ganggu aku.” teriak Mika,

”ini aku, tenanglah.” teriak orang itu, Mika tetap saja memukulinya hingga dia terjatuh, setelah tenang Mika sadar orang itu adalah jongwoon,

”maafkan aku, ada apa denganmu?” Mika merasa sangat bersalah karena membayangkan hal-hal yang aneh.

”wajahmu kenapa? ayo kerumah sakit.”

            ”maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf.” Mika menundukkan wajahnya,

”kau sudah mengatakannya ratusan kali, ini bukan salahmu. Aku terluka bukan karena pukulanmu.” jongwoon menatap langit yang sedang mendung, tak satupun bintang yang dapat ia lihat.

”kenapa kamu terluka separah itu?” tanya Mika,

 ”ini bukan urusanmu.” jongwoon mempercepat langkahnya, Mika sedikit berlari kecil untuk menyamakan langkahnya dengan jongwoon.

”ini rumahku.” Mika menunjuk sebuah rumah sederhana berwarna putih. Mika berpamitan untuk masuk, dan mereka pun berpisah. Jongwoon melanjutkan perjalanannya.
***
            Semua orang sibuk karena jongwoon pulang dengan wajah babak belur, ”bagaimana keadaan tuan dok?.” tanya mr. Jeremy seorang kepala rumah tangga kepada dokter yang dipanggil untuk mengobati jongwoon,

”semua lukanya sudah di obati, anda tidak perlu khawatir.” jelas dokter.

”semua orang khawatir padaku kecuali orang tuakku.” kata jongwoon tersenyum sinis lebih seperti bicara pada dirinya sendiri.

            Disaat semua orang tertidur, jongwoon tak bisa memejamkan matanya setiap dia tertidur dia akan bermimpi hal yang sama, mimpi yang sama berulang-ulang, ia ingin melupakannya tapi mimpi itu terus menghantuinya. Oleh karenanya dia sangat membenci tidur, karena ketika tidur dia akan bermimpi buruk, mimpi yang yang sama berulang kali.

            Ia basuh wajahnya berulang kali agar dapat melupakan mimpi buruknya. Setelah merasa lebih tenang , jongwoon keluar kamarnya menuju kolam ikan, ia duduk dan memasukkan sebagian kakinya kekolam, matanya melihat langit mencari bintang kebahagiaan, tapi langit masih mendung, bintang tak juga keluar menampakkan dirinya.

”apa kau sudah menemukan bintang kebahagiaanmu?” kata seseorang dibelakang jongwoon, jongwoon tahu dia pasti Mr. Jeremy yang sudah seperti orang tua baginya.

”aku telah menemukannya, dia bersinar seperti bintang yang paling terang dilangit, tapi aku takut....aku takut ketika aku meraihnya, cahayanya akan meredu..” jongwoon membayangkan wajah Mika,

”kenapa bisa seperti itu? Justru cahayanya dapat membuatmu bercahaya. Aku dapat melihatnya dari wajahmu.” jongwoon tersipu malu karena Mr. Jeremy tahu isi hatinya.

 ”jika kau menyukainya, ungkapkan langsung isi hatimu. Karena penyesalan terbesar yang pernah kurasakan dalam hidup ini adalah belum menyatakan isi hatiku pada orang yang kucintai.” Mr. Jeremy mengingat masa lalunya.

”benarkah? Tapi bagaimana jika dia menolakku?”,

”itu urusan nanti yang penting dia tahu kalau kau menyukainya.”

            Jongwoon berdiri didepan sekolah, tangannya memegang bunga yang disediakan oleh Mr. Jeremy,

”hyung...sedang apa?” giant menghampirinya,

”apa itu?” giant heran melihat jongwoon memegang bunga,

”aku...aku menemukannya dijalan, karena sayang...makanya aku memungutnya, ini untukmu...aku tidak butuh.” jongwoon memberikan bunganya lalu pergi. Giant merasa aneh dengan sikap jongwoon, apa jongwaon sudah berubah sifat sehingga memberi bunga pada laki-laki pikirnya.

            Jongwoon masuk ke kelas, ia melihat Mika sudah duduk di bangkunya. Jongwoon melangkah menuju bangku Mika tapi ia urungkan niatnya, tangannya terasa dingin. Menyatakan cinta lebih menakutkan dibandingkan melawan segerombolan preman baginya. Pulang sekolah, jongwoon mengajak Mika untuk pulang bersama,

”maaf, aku tidak bisa. Aku sudah dijemput.” Mika pergi menemui seseorang yang menunggunya didepan gerbang sekolah, Mika memegang tangan laki-laki itu, jongwoon merasa sangat marah, ia takut apa yang dikatakan Mr. Jeremy menjadi kenyataan, jongwoon berjalan kearah Mika lalu memegang tangannya dan membawanya pergi naik bus yang baru saja datang. Laki-laki itu yang tidak lain adalah siwon, kakak tiri Mika berusaha mengejar tapi percuma karena dia sudah  ketinggalan.

”apa yang kau lakukan? lepaskan.” Mika berusaha melepaskan genggaman tangan jongwoon,

”aku ingin bicara.” jawab jongwoon singkat. 

Mika menelpon kakaknya agar dia tak khawatir, ”sekarang bicaralah.” Mika tetap berusaha melepaskan genggaman tangan jongwoon tapi tak berhasil. Bus berhenti, jongwoon menarik Mika untuk keluar, mereka berjalan ke sebuah gedung, jongwoon terus menarik mika hingga mereka sampai disebuah ruangan.

 ”Ada Ny. Oh? Katakan ada hal penting yang ingin aku bicarakan.” perintah jongwoon pada sekretaris Ny. Oh, Mika masih bingung apa maksud jongwoon. Kemudian jongwoon dan Mika masuk kesebuah ruangan kerja yang sangat mewah disana berdiri seorang perempuan yang sangat anggun dan cantik.

”tidak seperti biasanya kau mencariku, apa yang ingin kau katakan?” tanya Ny. Oh, dari nada bicaranya mereka seperti orang asing,

”dia adalah calon istriku.” kata jongwoon tiba-tiba, Mika dan Ny. Oh kaget mendengar perkataan jongwoon kemudian pergi lagi,

”apa maksudmu?” tanya Mika yang juga kaget dan semakin berusaha melepaskan genggamannya. Jongwoon menarik Mika untuk keluar gedung tersebut.

”BERHENTI.” teriak Mika,

”hentikan lelucon ini.” lanjutnya,

”aku tidak bercanda. Aku benar-benar menyukaimu. Apa kau tak menyukaiku?” tanya jongwoon,

”tapi bukan seperti ini cara menyatakan cinta. Berlutut.” perintah Mika, jongwoon tak mengerti maksud Mika tapi dia berlutut mengikuti perintahnya,

”sekarang nyatakan cintamu dengan nada yang lemah lembut.”, jongwoon kembali berkeringat dingin,

”Hmm..emmh...aku menyukaimu.”,

”lalu?” tanya Mika,

”apa maksudmu?” tanya jongwoon hampir berdiri,

” tetap berlutut kataku.” jongwoon berlutut kembali,

”aku sekarang sudah tahu kau menyukaiku, lalu apa yang ingin kau tanyakan padaku?”,

”emmh...apa kau mau menjadi istriku?”

”apa kau sudah gila, kita masih kecil.” Mika terlihat kaget,

”baiklah, kalau begitu kita tetap berteman, tapi apakah kau menyukaiku?” tanya jongwoon penasaran. Mika tak menjawab, dia hanya tersenyum kemudian pergi meninggalkan jongwoon,

”jadi kau menyukaiku juga?” teriak jongwoon senang.
***
            Mika berjalan untuk sekolah, sebuah mobil berhenti didepannya, seseorang keluar ”Ny. Oh ingin bertemu dengan anda.”, mika tahu ibunya jongwoon cepat atau lambat akan menemuinya, mungkin dia ingin dirinya menjauhi jongwoon. Mika masuk kedalam mobil, mereka berhenti di sebuah rumah yang sangat megah. Mika menunggu diruangan yang sangat mewah dengan sofa yang sangat empuk, Ny. Oh datang kemudian duduk dihadapanya,

”tak perlu panjang lebar, kurasa kau tahu apa yang ingin ku bicarakan. Tinggalkan jongwoon.”, kata Ny. Oh,

”bukan aku yang memintanya datang, tapi dia yang datang sendiri padaku. Kalau mau katakan hal ini langsung katakan pada jongwoon.” jawab Mika tegas,

”jangan sampai kau menyesal dengan perkataanmu.” ancam Ny. Oh,

”pantas saja jongwoon terlihat tak bahagia, aku tak merasakan kehangatan dalam keluarga ini. Jadi biarkan aku yang membahagiakannya.” Mika pergi meninggalkan Ny. Oh yang terlihat kesal dengan perkataan Mika.

            Jongwoon istirahat diatap sekolah, untuk menghilangkan rasa bosan dia bernyanyi, ”suaramu bagus.” kata mika mengagetkan jongwoon,

 ”benarkah?”,

”Ya, lebih bagus dari artis.” puji mika,

”bagaimana kalau aku memanggilmu yesung?” usul mika,

”tidak mau, nama jongwoon lebih bagus.” kata jongwoon,

”ayolah, yesung itu artinya suara yang artistik. Yah, mau ya aku panggil yesung?” kata mika memasang muka memelas, da akhirnya jongwoon mau dipanggil yesung.

            Yesung merasakan kebahagiaan dengan hadirnya Mika dalam hidupnya. Kini ada yang memperhatikannya, ada yang mencemaskannya, dan selalu membuatnya tertawa bahagia. yesung berubah menjadi orang yang lebih lembut, mau berbicara dengan orang lain, tapi perubahan ini tak sepenuhnya membuat Mika bahagia, ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.

            Malam perpisahan sma, Mika mengajak yesung melihat bintang, Mr. Jhun berdiri dibelakang mereka,

”kenapa kau tak pernah membiarkan kita berdua. Aku merasa tak nyaman ada orang yang mendengarkan pembicaraan kita.” protes yesung merasa aneh dengan kebiasaan Mika, Mika hanya tersenyum menanggapi protes yesung,

”kamu tahu kenapa matahari disebut bintang sedang bulan tidak?” tanya Mika,

”karena matahari dapat memancarkan cahayanya sendiri sedang bulan membutuhkan cahaya matahari untuk menghasilkan cahaya, benarkan?” jawab yesung puas dengan jawabannya,

”kenapa bertanya seperti itu?” tanya yesung,

”karena aku ingin kau seperti matahari.” Mika berhenti sebentar,

”oleh karena itu aku ingin kita berpisah.”lanjutnya, yesung tersentak mendengar perkataan Mika,

”kenapa? Apa karena selama ini kau tak mencintaiku?” tanya yesung,

”Aku hanya ingin kau berubah bukan karena aku tapi karena dirimu sendiri seperti matahari yang menghasilkan cahayanya sendiri.” Mika pergi meninggalkan yesung, yesung merasa kakinya sangat berat untuk melangkah,

”aku tidak mengerti, kenapa kau tak menyukaiku?.” teriak yesung. Mika berlari sekencang-kencangnya,

”aku sangat mencintaimu. Aku berpisah denganmu karena aku terlalu mencintaimu. aku takut karena terlalu mencintaimu, aku takut terluka karena terlalu mencitaimu. Maafkan aku.” batin Mika, perlahan air mata mulai mengalir dari wajahnya.

TBC

Artikel Terkait

3 komentar:

  1. FF Ini sama sekali tidak jelek hanya saja pibadiku yang tidak cukup romantis untuk menyukai cerita seratus persen bertema drama romantis seperti ini, sedangkan A VS B saya lebih suka karena komedinya

    BalasHapus
  2. arigatou komennya,,,aku lagi pengen romantis..hehehe

    BalasHapus
  3. Ceritanya bagus banget!!!!!!! <XD
    Tapi menurutku alurnya terlalu cepat dan mudah di tebak jadi kurang seru <=C
    Gambatte! Mudah2an bisa buat FF yang lebih bagus lagi! ^-^

    BalasHapus