cast : alcheon, kibum, donghae, kim jongwoon, kyuhyun
Keadaan rumah Tn. Kim ramai oleh tamu-tamu yang melayat, Ny. Kim sibuk melayani tamu-tamu tersebut sedangkan junha mengurung diri dikamar. Kibum beberapa kali mengetuk pintu kamar junha tapi dia tetap tak ingin ditemui sedang donghae beulang kali menelpon junha tapi tetap tak diangkat telponnya. Alcheon mengawal kemanapun Ny. Kim berada dia tak ingin melakukan kesalahan lagi, setiap tamu yang datang diperiksa dengan ketat.
”Pak ada seorang perempuan yang katanya mengenal anda ingin pergi melayat.”
seorang pengawal memberikan laporan pada alcheon.
”aku ingin menitipkan bunga ini untuk Tn. Kim.” hengja menyerahkan bunganya pada alcheon, alcheon menerimanya
”masuklah.”, hengja menggelengkan kepala,
”tidak apa, aku akan pergi sekarang.” kemudian pergi meninggalkan alcheon.
”alcheon ikut denganku.” perintah Ny. Kim, alcheon mengikuti Ny. Kim dari belakang mereka menuju ruang kerja Tn. Kim. Ny. Kim berhenti kemudian membalikkan badan, dia menatap alcheon dengan lekat,
”apapun caranya, kau harus menemukan pembunuh suamiku.” pandangan mata Ny. Kim berubah dari yang awalnya tenang menjadi penuh kebenciaan,
”kenapa anda mempercayakan tugas ini padaku? Padahal masih banyak pengawal lain yang lebih lama mengabdi pada Tn. Kim.”,
”aku melihat ketulusan dari mata dan sikapmu selama ini.” Ny. Kim menjelaskan dengan singkat. Ny. Kim mengambil sesuatu dari atas meja, sebuah surat berwarna putih kemudian memberikannya pada alcheon, alcheon membacanya.
”apa? Pindah tugas?” donghae terlihat kaget, kibum menutup telinganya,
”biasa aja bicaranya, ga usah teriak-teriak.” protes kibum,
”Tapi kita belum mendapatkan petunjuk apa-apa dari rumah Tn. Kim tentang organisasi terlarang.” lanjut donghae tanpa menghiraukan protes kibum.
”Tenanglah, aku merasa tertarik dengan tawaran presiden untuk mengawal anaknya, kim jongwoon seperti menyimpan sesuatu, aku merasa ini ada hubungannya dengan kematian Tn. Kim, dan ada kemungkinan kematian Tn. Kim berhubungan dengan organisasi terlarang.” jelas alcheon,
”itu artinya Kim jongwoon ada hubungannya dengan organisasi terlarang.” lanjut kibum,
”tepat.” alcheon membenarkan, donghae memegang dagunya sambil manggut-manggut berusaha mencerna pembicaraan kibum dan alcheon,
”setelah itu aku serahkan kepada kalian berdua untuk memata-matai keluarga Kim.” perintah alcheon,
”siap.” teriak donghae sambil memberi hormat, kibum memukul kepala donghae,
”aku bilang jangan teriak, sakit telingaku.”,
”Hei, jangan pukul kepalaku.” kibum berlari menghindari pukulan donghae, bagaimanapun dia tidak akan menang melawan donghae dan cara yang paling ampuh adalah melarikan diri sehingga terjadi aksi kejar-kejaran antara kibum dan donghae,
”suasana rumah ini bahkan ramai jika ada kalian berdua.” alcheon tersenyum melihat tingkah dongsaeng-dongsaengnya.
”sudah, sudah cukup, aku capek.” kibum akhirnya menyerah, melihat kibum kelelahan donghae menjadi tak tega untuk memukulnya. Alcheon memberikan softdrink pada keduanya, kibum dan donghae meminumnya dalam sekali teguk. Kibum membetulkan posisi duduknya,
”kak siapa perempuan itu?” tanya kibum pada alcheon,
”perempuan? Siapa? Kak alcheon? Tidak mungkin.” donghae mengibas-ngibaskan tangannya,
”perempuan yang mana?” tanya alcheon pura-pura tak tahu,
”perempuan yang memberimu bunga,” lanjut kibum,
”apa?” donghae kembali berteriak,
”ish, aku bilang jangan berteriak.” kibum melemparkan bantal pada donghae tapi dapat ditepis dengan mudah.
”dia memberikan bunga tersebut untuk mengucapkan bela sungkawa.” jelas alcheon,
”cantik tidak?” tanya donghae penasaran, kibum mengangguk. Donghae mendekati alcheon dan tersenyum,
”pacar kak?.”,
”sudah pernah kubilang aku tidak akan pernah pacaran.” jawab alcheon,
”ya, aku ingat kakak tak berpacaran karena memang aturan agama kan? Tapi aku masih tak mengerti alasannya.” kibum memperbaiki kacamatanya.
”karena hubungan yang suci harus kita mulai dengan sesuatu yang suci.” jelas alcheon kemudian pergi kekamarnya, kibum dan donghae terdiam dengan pikirannya masing-masing mencoba mengerti apa yang dikatakan oleh kakaknya.
Dihadapan alcheon duduk seorang yang paling penting di negeri ini, kim jong il presiden korea utara menatap alcheon dengan tatapan yang tajam.
”kuserahkan pengawalan putraku padamu. Jangan pernah mengecewakanku.” ucap presiden,
”saya akan berusaha semaksimal mungkin dan tak akan mengecewakan anda.” ,
”bagus.”,
”tapi, boleh saya bertanya.?” alcheon tetap berdiri tegak,
”apa yang ingin kau tanyakan?” tanya presiden,
”kenapa anda menginginkan saya menjadi pengawal putra anda? padahal saya gagal menjaga Tn. Kim.”, untuk beberapa saat presiden terdiam tak langsung menjawab pertanyaan alcheon, dari luar terdengar pintu diketuk,
”ini aku.” kata orang diluar,
”masuklah.”kata presiden. Seseorang masuk kemudian berdiri didepan alcheon,
”ini yang akan menjadi peengawalku, presiden?” kim jongwoon tersenyum sinis,
”perkenalkan nama saya alcheon berasal dari timur tengah, saya berpengalaman di militer selama...”,
”aku membutuhkan keahlianmu bukan yang lain..” potong kim jongwoon,
”siap.” jawab alcheon, kim jongwoon menundukan kepalanya pada presiden untuk berpamitan,
”kamu ikut aku.” perintah kim jongwoon pada alcheon, alcheon mengikutinya dari belakang.
Kibum melihat kesekeliling rumah khawatir ada yang mengikutinya, dia berdiri dihadapan ruang kerja Tn. Kim , kibum membuka laptopnya dan masuk kedalam server kemanan rumah agar dapat membuka ruang kerja Tn. Kim. Dan dalam beberapa menit pintu dapat terbuka, kibum masuk kedalamnya dan mengunci kembali pintunya. Ruangan tersebut sangat luas, raungan dikelilingi oleh buku-buku sepertinya Tn. Kim sangat suka membaca kibum menuju meja belajar, dia memeriksa laci-lacinya berharap ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk organisasi terlarang. Tiba-tiba ada yang menekan tombol kunci untuk membuka ruangan, kibum segera sembunyi dibalik gorden dibelakang meja kerja. Pintu terbuka, Ny. Kim masuk kedalam ruangan dia melihat seisi ruangan seperti mengenang sesuatu, mengenang pemilik ruangan, kemudian Ny. Kim melangkah menuju meja kerja, ia ambil foto diatas meja, fotonya bersama suami dan kedua anaknya, disana mereka terlihat bahagia sekali. Perlahan air mata Ny. Kim menetes dan berubah menjadi tangisan yang sangat pedih, kibum ikut meneteskan air mata, ia sangat ingin menghiburnya tanpa sadar kakinya melangkah keluar gorden tapi seseorang mengetuk pintu sehingga menyadar kibum untuk bersembunyi kembali, Ny. Kim berhenti menangis dan pergi keluar. Kibum keluar dari tempat persembunyiannya, ia perhatikan foto tersebut, keluarga yang terlihat normal tapi entah mengapa berubah setelah anak laki-laki mereka meninggal, kibum melihat junha tersenyum lepas, ada sesuatu yang menarik perhatian kibum yaitu kalung yang dipakai junha, kalung berbentuk naga melilit buah persik, kalung tersebut mirip dengan bentuk sesuatu diruangan ini tapi kibum hanya samar-samar mengingatnya, kibum belari keseluruh ruangan mencari bentuk yang sama dengan kalung junha. Kibum behenti di lemari berisi buku-buku kacanya memiliki ukiran klasik, ditengah terdapat bentuk yang dalam seperti kalung junha.
”kalung?” tanya donghae,
”ya, sebuah kalung yang pernah dipakai junha dalam foto mungkin saat itu umurnya 12 tahun, tapi aku perhatikan dia tak pernah memakai kalung itu, aku cari dikamarnya pun tak ada.” kibum menjelaskan,
”untuk apa kalung itu?”,
”kalung itu semacam kunci yang dapat membawa kita pada sesuatu yang menerangkan.” donghae memiringkan kepalanya,
”tolong pakai bahasa manusia.” donghae menyindir kibum yang sering sulit dimengerti jika menerangkan sesuatu,
”ah sudahlah kita tunggu kak alchoen pulang dulu.” kibum memakai kaca matanya kemudian membuka laptopnya mencari gambar yang mirip dengan kalung junha. Sedangkan donghae menonton film kesukaannya yaitu titanic, walaupun sudah ditonton berulang kali dia tetap menangis. Kibum menghela nafas panjang melihat donghae yang terkenal dikalangan perempuan dan jago beladiri selalu menangis ketika menonton film picisan seperti titanic.
Terdengar suara pintu dibuka, alcheon pulang dengan membawa dua kantong plastik berisi makanan, kibum dan donghae menyambutnya tentu saja yang disambut antusias adalah makanannya. Sambil mereka makan kibum menceritakan tugas mematai-matainya pada alcheon,
”hmmm..aku pikir kalian berdua dapat mndekati junha dan mencari tahu keberadan kalung tersebut. Mungkin saja kalung terebut dapat membawa kita kepada suatu kebenaran.” kata alcheon, donghae dengan mulut penuh makanan pun berkomentar,
”Nah ini baru bahasa manusia jadi aku bisa mengerti.hehehe”
Donghae terus memandang ruang musik, sudah hampir satu minggu junha tidak masuk, apakah dia sangat tepukul dengan kematian ayahnya pikir donghae, donghae masuk kedalam ruangan dan menggantikan junha untuk membersihkan alat-alat tersebut. Donghae mulai merasa bosan la ia menekan tuts piano, kemudian dia duduk dan bergaya seolah-olah pianis terkenal menekan tuts-tuts piano secara sembarang sehingga menghasilkan suara yang tidak keruan, sampai suatu saat ada tuts piano yang tak bisa ditekan, donghae merasa aneh kemudian ia lihat kedalam piano untuk mengetahui penyebabnya. Di dalam piano terdapat kotak kecil, pantas saja tutsnya tidak bisa ditekan ternyata karena kotak ini pikir donghae, dia mengambil kotak tersebut dan membukanya, didalamnya terdapat sebuah foto dan kalung, kalung yang donghae kenal, kalung tersebut yang diceritakan kibum, lalu donghae melihat foto yang berada dalam kotak, itu adalah foto junha kecil yang digendong oleh seorang anak laki-laki mungkin kakaknya pikir donghae, dibelakang fotonya terdapat tulisan,
”aku disini akan selalu menjagamu.” donghae membaca dengan perlahan. Donghae menelpon alcheon tapi tak diangkat-angkat juga kemudian ia telpon kibum,
”hallo. Ada apa?” kibum mengangkat telpon,
”kamu dimana? Ada sesuatu yang penting yang ingin kuperlihatkan.” kata donghae menjelaskan,
”aku sedang dipasar, nanti saja kita bicara dirumah.”,
”apa? Dipasar? Tidak mungkin, seorang kibum tidak mungkin bisa belanja. Aku akan kesana membantumu belanja.” donghae tersenyum geli membayangkan kibum belanja tanpa bisa menawar barang yang ia beli,
”jangan, aku sedang bersama junha. Nanti kita bicara lagi. Bye.” klik, kibum menutup telponnya,
”hallo, hallo, aku belum selesai bicara. Kenapa junha ada disana?....” donghae tetap mengoceh walaupun telponnya sudah ditutup. Donghae berlari keluar meunju pasar, ia tak pedulu harus bolos sekolah baginya kabur dari sekolahan bukanlah hal sulit, seorang guru melihatnya dan menyuruhnya untuk berhenti tapi donghae tak menghiraukannya kemudian dia memanjat pagar dengan mudah, gurunya terlihat marah karena tak bisa mengejar donghae.
”harga cabe ini berapa pak?” tanya kibum pada seorang bapak penjual cabe,
”100 won.”jawab penjual,
”berikan aku lima kilo.” kibum mengeluarkan uang dari dompet tapi junha mencegahnya dan menggeleng,
”mahal sekali pak, berikan aku sekilo 70 won bagaimana.? Kami kan membeli banyak.” tawar junha sambil tersenyum,
”baiklah.” kata penjual, junha tersenyum puas. Kemudian kibum dan junha melanjutkan belanjanya ketempat yang lain,
”untung ada kamu, aku sama sekali tak bisa menawar. terimakasih” kibum merasa senang, baru kali ini ia merasakan kalau belanja itu menyenangkan apalagi dapat menawar dengan harga murah,
”tak apa. Aku memang ingin keluar. Dikamar terus membuatku merasa bosan.” kata junha smabil berjalan cepat untuk mengimbangi langkah kibum yang cepat. Seseorang mengikuti mereka dari belakang, kibum sudah menyadarinya sejak awal tapi ia biarkan saja karena orang tersebut adalah donghae.
Donghae berjalan secara hati-hati agar tak ketahuan kibum dan junha, donghae menunggu di sebuah jajanan gorengan ketika menunggu kibum dan junha berbelanja cabe, perutnya merasa lapar kemudian donghae makan beberapa gorengan ketika ia melihat kearah penjual cabe , kibum dan junha sudah tak ada disana, donghae berlari mencari kibum dan junha tanpa sengaja ia menabrak seseoran hingga gorengannya terjatuh, orang tersebut bertubuh tinggi dan kurus yang membuat dia terlihat mencolok adalah rambutnya yang berwarna putih membuat kulit putihnya terlihat pucat.
Kibum sedang sibuk memilih beberapa sayuran, sedang junha berdiri dibelakangnya melihat orang-orang yang sedang sibuk berbelanja, seorang pria bertopi memperhatikan junha perlahan dia mendekati junha lalu dengan cepat mengambil dompet yang dipegang junha, kibum kemudian mengejarnya, donghae yang dari tadi mengikuti pun ikut mengejar pencopet itu. Kini hanya tinggal junha sendiri, dia ikut mengikuti kibum dan donghae tapi larinya tidak secepat mereka sampai akhirnya dia kehilangan arah, dia benar-benar tersesat sekarang. Dia melihat seseorang yang mirip dengan pencopet tadi, junha menghampirinya,
”berikan dompetku.” kata junha, si pencopet kemudian berlari melewati meja-meja cafe yang berada diluar, junha berusaha mengejarnya, seseorang yang sedang duduk makan dengan rambut putih menjatuhkan makanannya sehingga sipencopet terjatuh karena licin, orang berambut putih itu mengambil dompet yang dipegang pencopet dan memeriksanya, junha berdiri dihadapan orang tesebut sedang si pencopet mengerang kesakitan,
”ini milikmu?” tanya orang yang berambut putih kemudian memberikan dompetnya, junha mengangguk,
”bagaimana dengan orang ini, kau ingin membawanya kekantor polisi?” orang tersebut memegang kerah si pencuri.
Kibum dan donghae kehilangan arah si pencuri,
”cepat sekali larinya.” kata donghae ketika mereka berhenti berlari, kibum melihat kearah donghae,
”sedang apa disini?” tanya kibum kesal,
”he, ketahuan.” jawab donghae sambil cengengesan. Kibum mendapat telpon dari junha bahwa dia telah mendapatkan dompetnya kembali dan menunggu kibum di cafe tempat junha berada, kibum menutup telponnya,
”kau tahu dimana cafe orange?” tanya kibum,
”memangnya kenapa?” tanya donghae balik.
”dimana cafenya, sebenarnya kau tahu ga sih?” tanya kibum kesal, mereka sudah berjalan hampir satu jam tapi belum sampai ditempat tujuan juga,
”tenang, serahkan pada donghae. Sebentar lagi kita sampai.” donghae menepuk dadanya agar telihat meyakinkan walaupun sebenarnya dia tak tahu pasti letak cafe orange yang sebenarnya,
”apa tak sebaiknya kita bertanya pada orang?” usul kibum,
”tidak usah, sebentar lagi kita sampai.” donghae menarik lengan kibum agar terus berjalan,
”tuh kan kita balik lagi ke restauran tahu ini.” protes kibum,
”kamu pikir restauran tahu seperti ini hanya ada satu.” donghae berusaha meyakinkan padahal dirinya pun yakin kalau restauran tahu tersebut adalah restauran tahu yang mereka lewati berungkali, kibum mulai kehilangan kesabaranya,
”cukup, aku cari sendiri cafenya.” kibum pergi meninggalkan donghae kemudian mulai bertanya pada orang yang ada dipasar, sedang donghae mengikutinya dari belakang. Akhirnya mereka sampai di cafe yang mereka cari,
”tuh kan kata aku juga apa, sebentar lagi juga kita sampai.” kata donghae seolah dialah yang berjasa, kibum melihat kesekeliling tidak menghiraukan ocehan donghae.
”Kakak, aku disini.” seseorang bertriak kearah kibum, kibum dan donghae menengok kearah sumber suara disana junha melambaikan tangannya, kibum dan donghae menghampirinya.
”kau tak apa-apa?” tanya donghae khawatir,
”donghae? Kenapa bersama kak kibum?” tanya junha penasaran,
”hehe, aku kebetulan lewat.” donghae mencoba mencari alasan sebisanya.
”kau tak apa-apa?” tanya kibum, junha menggelengkan kepalanya dan bercerita kejadian yang dialaminya,
”jadi sekarang dimana orang tersebut?” tanya kibum,
”dia sudah pergi, katanya dia masih ada urusan, tadinya aku ingin memeperkenalkannya pada kakak, orangnya baik sekali.”,
”siapa namanya?”tanya donghae ketus karena mendengar junha begitu antusias membicarakan orang tersebut,
”namanya kyuhyun.” jawab junha. Kibum seperti mendengar petir ketika junha menyebutkan nama orang yang menolongnya. Wajah kibum berubah menjadi pucat,
”kau tak apa-apa? Wajahmu pucat.” donghae menyadari perubahan wajah kibum,
”aku tak apa-apa.” jawab kibum singkat,
”ah, jangan-jangan kamu sakit karena berjalan terlalu lama.” donghae memegang kening kibum, kibum menepisnya,
”ayo kita pulang.” kibum memang dingin dan cuek, tapi kali ini dia berubah menjadi lebih dingin. Donghae dan junha mengikuti kibum dari belakang, meskipun mereka merasa aneh tapi untuk saat ini mereka tak berani untuk bertanya, aura yang dikeluarkan kibum terasa menakutkan bagi mereka.
Alcheon mengikuti setiap kegiatan jongwoon, sampai saat ini dia tak menemukan hal-hal yang mencurigakan dari jongwoon. Alcheon terus memandang jongwoon yang sedang latihan menembak. Setelah cukup lama berlatih jongwoon menghentikan latihanya, dia duduk untuk beristirahat, alcheon memberikan handuk padanya,
”terimaksih.” jongwoon mengambil handuk dari alcheon,
”duduklah, aku tak nyaman melihat orang lain berdiri dihadapanku sementara aku sedang duduk.” perintah jongwoon, alcheon menurutinya dan duduk dihadapan jongwoon. Jongwoon menguk minuman yang tersedia dimejanya kemudian menatap tajam pada alcheon kemudian tersenyum sinis,
”aku ingin tahu kenapa presiden memilihmu untuk menjagaku, apakah kau benar-benar hebat?” tanya jongwoon, dia tak pernah memanggil presiden dengan panggilan ayah,
”aku tak tahu pasti alasan pak presiden, tapi aku akan menjalankan tugas ini dengan mempertaruhkan segenap kemampuanku.” jawab alcheon,
”aku ingin tahu kemampuanmu? Bagaimana jika kita melakukan sebuah permainan?” jongwoon kembali tersenyum sinis,
”permainan?” tanya alcheon heran. Jongwoon mengambil sebuah pistol dari sakunya, ia keluarkan semua isi peluru dalam pistol tersebut,
”bagaimana jika kita bermain dengan dengan kematian?” jongwoon menunjukkan pistol ditangan kanannya dan sebuah peluruh di tangan kirinya, lalu dia masukkan peluru kedalam pistol ia putar beberapa kali agar peluru keluar secara acak,
”untuk apa kita melakukannya? Ini mengancam keselamatan anda.” alcheon tetap tenang meskipun diintimidasi oleh alcheon,
”kenapa? takut? Kudengar polisi belum dapat menemukan orang yang telah membunuh Tn. Kim.” jongwoon meletakkan pistolnya diatas meja,
”kenapa anda tertarik mengetahuinya?” tanya alcheon,
”apa kau tak ingin mengetahui siapa pembunuh itu?” jongwoon menatap alcheon lekat,
”maksud anda?” tanya alcheon merasa aneh dengan arah pembicaraan mereka,
”kita lakukan permainan ini dulu, jika kau menang aku akan menjawab semua pertanyaanmu. Tapi..”jongwoon berhenti sejenak,
”jika salah satu dari kita mati...” jongwoon kembali berhenti berbicara, tanpa diperintah alcheon mengambil pistol dan menembakannya kearah kepala, jong woon sempat kaget melihat aksi nekat alcheon tapi kemudian dia berusaha tenang, peluru yang keluar kosong, sekarang giliran jongwoon, dia mengambil pistol dan mengarahkan ke kepalanya kemudian menembakkannya, seperti juga alcheon peluru yang keluar hanya peluru kosong. Tiba yang tersisa dua peluru lagi, kesempatan mereka 50:50, kini giliran alcheon yang menembak, alcheon mengambil pistol perlahan,
”kini peluang kita berdua fifhty fifhty, apa kau masih punya keberanian untuk melakukannya?” jongwoon berusaha membuat alcheon takut, tapi alcheon tak menghiraukannya dia tembakkan pistol tersebut dan......duarrrr terdengar bunyi tembakan, beruntungnya alcheon baik-baik saja. Jongwoon tersenyum kali ini senyuman yang tulus, jongwoon mengambil pistol dari alcheon,
”kau tak perlu melakukan ini. Aku tak akan mengijinkannya,” alcheon secara cepat mengambil pistol dari genggaman jongwoon,
”baiklah kalau begitu, kau menang kali ini.” jongwoon mengambil sesuatu dari sakunya, sebuah sapu tangan dia letakkan diatas meja,
”ini adalah bukti yang akan membawamu kepada pembunuh Tn. Kim. Aku pergi mandi dulu.” jongwoon meninggalkan alcheon, alcheon mengambil sapu tangan tersebut dan membukanya, didalamnya terdapat sebuah jarum yang terikat oleh benang. Kemudian alcheon menyimpannya, selanjutnya ia buka isi pistol didalamnya tidak ada peluru sama sekali, itu artinya jongwoon memasukkan peluru kosong dan mereka tidak tahu siapa sebenarnya yang mendapatkan peluru tersebut.
TBC
paragrafnya say biar lebih nyaman bacanya n ga ngebosenin.. baiknya kalo ga ada tulisan yang menjorok bisa juga antar paragrafnya dipisahin satu baris kosong, satu paragraf jangan kebanyakan biar ga cape bacanya, ganti seting n latar ganti jg paragrafnya.ha.. padahal dulu aku tidur kl pelajaran IND taunya penting jg. tapi kalo dari segi jalan cerita n ide cerita udah bagus banget, tinggal penulisannya aja :)
BalasHapus