#related-posts{float:left;height:160px;margin-bottom:10px; outline: 1px solid #fff;border: 1px solid #ddd;background: #f9fafb;} #related-posts h3{font-family: Francois One;font-size:20px;font-weight:400;color: #222222;margin-bottom: 0.5em;margin-top: 0.5em;margin-left: 0.5em;padding-top: 0em;} #related-posts ul{margin:5px;width:613px;padding-left:17px;list-style:none;display:block;} #related-posts ul li{list-style:none;position:relative;float:left;border:0 none;margin-right:11px;padding:2px;width:86px;} #related-posts ul li:hover{z-index:100} #related-posts ul li:hover img{border:3px solid #BBB} #related-posts ul li:hover div{font-size:7px;text-transform:capitalize;position:absolute;top:20px;left:-15px;margin-left:0;width:130px} #related-posts ul li img{border:3px solid #DDD;width:80px;height:80px;background:#FFF;display:block;} #related-posts ul li div{position:absolute;z-index:99;margin-left:-999em} #related-posts ul li .title{text-align:center;border:1px dotted #CCC;background:#fff;padding:5px 10px

Pages

Jumat, 28 Januari 2011

(FF) Three man story part 4

By : Yessis
Cast : Alcheon, Kibum, Donghae, Kim Jongwoon, Kyuhyun


“kibum, kamu kenapa? Ayo jawab aku.” Donghae terus menerus mengetuk pintu kamar kibum, sejak pulang dari pasar kibum terus menerus didalam kamar, biasanya jika donghae mengetuk terus menerus pintu, kibum akan keluar marah-marah tapi sekarang seberapa lama pun donghae mengetuk pintunya, kibum tetap tak keluar dan tak menyahut sama sekali.

       
           Donghae akhirnya menyerah kemudian duduk diatas sofa lalu membaca majalah berbahasa prancis, disana memang hanya donghae yang suka membaca majalah dalam berbagai bahasa karena dia memang mampu menguasai banyak bahasa. Berapa kali pun dia membaca, donghae tetap memikirkan kibum yang berubah, lama kelamaan donghae tertidur. Pintu depan terbuka itu artinya alcheon pulang, “kibum, dongahe aku bawa makanan kesukaan kalian.” Alcheon datang dengan ceria, tapi yang dilihat adalah suasan rumah yang sunyi, “tidak biasanya sudah pada tidur.” Kata alcheon pada dirinya sendiri. Dia simpan makanan yang dibawanya diatas meja, “aku pikir kalian belum makan, sebaiknya aku bangunkan kibum terlebih dahulu. Alcheon mengetuk pintu kibum beberapa kali tapi kibum tak menyahut, donghae terbangun mendengar suara ketukan pintu dari alcheon, “dari pulang kerja dia terus menerus mengunci pintu kamarnya.” Kata donghae yang baru bangun tidur, beberapa kali donghae menguap karena mengantuk. ‘aneh, apa terjadi sesuatu.” Kata alcheon, “apa mungkin karena terlalu lama dipasar, dia pingsan didalam.” Kata donghae khawatir tanpa menunggu aba-aba dongha menggebrak pintu kamar kibum hingga terbuka, “jang...an” teriak alcheon terlambat, kibum yang sedang duduk di meja belajarnya terperanjat karena pintu kamarnya didobrak, “eh, kibum, kamu baik-baik saja?” kata donghae tersenyum merasa bersalah sudah merusakkan pintu kamar kibum, “kamu..” kibum marah melihat donghae, kemudian berjalan kearahnya, donghae melipat tangannya berharap diberi ampun, “ampun, aku tak sengaja aku pikir kamu pingsan.”, “sudah, sudah, donghae tak bermaksud merusak pintu kamarmu.” Kata alcheon berusaha mendinginkan suasana.
            “hmmm...shabu-shabu buatan kak alcheon memang nomor satu.” Donghae mengacungkan jempolnya, alcheon tersenyum mendapat pujian dari donghae. Kibum makan dengan sangat lahap tanpa bicara tidak seperti biasanya dia makan secara perlahan dan tidak terlalu banyak. “hati-hati tersedak.” Kata alcheon lalu memberikan kibum segelas air putih, kibum meminumnya dalam sekali teguk, donghae yang biasanya selalu merasa lapar tiba-tiba menjadi kenyang melihat kibum makan, hampir semua lauk pauk diatas meja habis oleh kibum, “aku selesai.” Kibum membawa mangkuk dan sumpitnya ke dapur kemudian masuk kedalam kamar tanpa pintu karena sudah dirusakkan oleh donghae. “aku menemukan bukti pembunuhan Tn. Kim.”kata alcheon pada donghae, “benarkah?” tanya donghae antusias, “sebuah jarum yang diduga digunakan untuk membunuh Tn. Kim.”, “sekarang dimana jarumnya?” tanya donghae dengan mulut penuh makanan, “aku sudah membawanya ke lab, besok atau lusa baru ada keluar hasilnya.” Diam-diam kibum mendengarkan percakapan alcheon dan donghae.
            Ketika semua telah tidur, kibum tetap tak bisa memejamkan matanya, ia buka laptopnya kemudian mencari data seseorang yang telah membuatnya gelisah, di layar tetulis sebuah nama Cho Kyu Hyun. Kibum menutup matanya dan mengenang kembali kenangan yang telah lama ia lupakan.
            Pagi-pagi sekali kibum didapur membuat sebuah kue, tapi karena perasannya sedang kacau, semua kue kering yang dia masak gosong. Kibum membanting kuenya kelantai, seseorang datang dan mengambil semua kue yang kibum banting, “Ny. Kim, anda...maafkan aku.”kibum menundukkan kepalanya merasa bersalah. “kasihan sekali kue ini.” Nyonya kim mengambil sebuah kue dan memakannya. “jang..an,” kibum berusah mencegah Ny. Kim memakannya, “makanan dapat mencerminkan perasaan pembuatnya.” Ny. Kim duduk dibangku dapur kemudian kibum duduk disampingnya. “aku bisa mendengarkan sesuatu yang membuatmu bersedih, aku akan menutup mulutku.” Ny. Kim menutup mulutnya, kibum tersenyum melihat tingkah Ny. Kim, “aku hanya merasa lelah.” Kibum mulai terbuka, Ny. Kim tetap diam beusaha menjadi pendengar yang baik, “aku pernah memiliki seorang teman.” kibum mulai mengingat kenangan yang pernah ingin dia lupakan, “aku telah membuat seseorang terluka...sampai sekarang belum meminta maaf.” Air mata keluar dari mata kibum, “setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, yang terpenting adalah orang tersebut menyadari kesalahannya dan berusaha memperbaikinya.” Ny. Kim berusaha menghibur. Kibum semakin menangis, Ny. Kim menepuk-nepuk pundak kibum. Kibum merasakan sentuhan seorang ibu melalui Ny. Kim, dia sangat merindukan ibunya, sudah lama sekali kibum tak mendengar kabar keluarganya.
            Kibum kembali sepeti semula, dia duduk di sofa dan bermain dengan laptopnya, donghae menatapnya dengan heran, “apakah kamu sudah sembuh.” Donghae memegang kening kibum, kibum menepisnya, “jangan mengganggu.”, “ah, berarti kamu benar-benar sudah sembuh.” Donghae tersenyum ceria kemudian duduk disamping kibum dan terus menatap kibum, “hentikan, pandanganmu sangat menakutkan.” kibum merasa risi terus dipandangi seperti itu, “hehe..aku hanya menguji coba sekali lagi apakah kamu sudah sembuh.” Alcheon datang dengan piring penuh buah semangka yang sudah dipotong-potong, donghae menyambutnya dengan antusias, tangan kanan dan kirinya memegang semangka dan memakannya secara bergantian. ‘ah, ya aku hampir lupa, aku menemukan sesuatu yang pernah kau bicaakan, aku hampir saja lupa.” Kata donghae pada kibum dengan mulut penuh semangka., “apa?” tanya kibum, “ini.” Kibum menyerahkan kota kecil milik junha yang dongha temukan dalam piano. Kibum menerimanya lalu membuka kotak terssebut, didalamnya berisi sebuah kalung dan sebuah foto, kibum mengambil kalung dan melihatnya kemudian dia kekamar mengambil laptonya. Dia melihat gambar benda yang ia cari, ia cocokan dengan kalung yang ditemukan donghae, “Bagaimana? Apakah cocok?”tanya alcheon penasaran, “ya, ini terlihat cocok, besok aku akan mencocokkan dengan ukiran yang ada dikamar Tn. Kim.” Kata kibum. “lalu bagaimana dengan fotonya?” tanya donghae penasaran, “apakah itu junha dan kakaknya?” lanjutnya, kibum hampir saja lupa dengan fotonya, ia lihat foto tersebut dengan seksama. “ini memang junha, aku pernah melihat foto kakak junha, jelas sekali ini bukan kakaknya junha.” Kibum menunjuk anak laki-laki yang menggendong junha. “lalu siapa?” tanya donghae, “sebentar.” Kibum masuk kedalam kamar untuk menscan foto tersebut  lalu kembali lagi, “akan kau apakan fotonya?” tanya alcheon sambil mengambil sebuah semangka, “aku akan membuat prediksi wajah dari anak laki-laki ini setelah 20 tahun kemudiah.” Kata kibum menjelaskan, “Wow, keren.” Kata donghae. “Dapat, tapi orang ini...bukankah...?” kibum seperti mengenal sesorang, donghae dan alcheon melihatnya, “Kim Jongwoon?” donghae cukup terkejut, “apakah mereka teman waktu kecil?” lanjutnya, “mungkin saja.” Kata alcheon berpikir. Kibum menutup laptopnya, ketika akan mengambil semangka, piring yang sebelumnya penuh semangka sudah kosong, kibum melihat donghae dan alcheon kesal, “apa?” tanya donghae tidak merasa bersalah sambil memakan semangka terakhinya, “kenapa aku tak disisakan semangkanya. Cepat keluarkan.” Kibum memukul kepala donghae. Seperti biasa mereka akan bertengkar seperti anak kecil karena hal sepele sedangkan sepertinya sedangkan memikirkan sesuatu.
            “junha tunggu.” Donghae memanggil junha yang akan keluar kelas segera, junha berhenti kemudian donghae mengikutinya, “dijemput pulangnya?” tanya donghae, “Hmm.” Kata junha sambil menunduk, bagaimanapu juga junha merasa risi jalan bersama donghae semua orang memperhatikan mereka berdua sedangkan donghae tak peduli sama sekali dengan pandangan teman-temannya, “sayang sekali.” Kata donghae, “kenapa?” tanya junha penasaran,  “bau saja dibuka sebuah tmpat yanjg seru namanya dunia es, kita bisa melihat ujiran-ukiran dari es, tadinya aku ingin mengajakmu.” Ajak donghae, “sepertinya menarik tapi maafkan aku, aku harus segera pulang, ibu pasti tak akan mengijinkanku untuk keluar.” Kata junha menolak ajakan donghae dengan halus. Mereka mengobrol hingga tak terasa sudah sampai pintu gerbang sekolah, mobil junha sudah menunggu disana, ketika junha akan masuk mobil dia melihat seseorang yang memakai topi hitam memperhatikannya, donghae melihat arah pandangan junha dia seperti familiar dengan pria bertopi tersebut.
            Secara diam-diam donghae mengikuti junha dan pria bertopi yang sedang bicara di sebuah restoran pizza. Donghae merasa penasaran dengan orang tersebut, wajahnya tak terlalu terlihat karena tertutup topi. Dengan menggunakan penyamaran donghae duduk dibelakang mereka agar dapat  mendengar percakapan mereka. Junha dan pria tersebut hanya diam aja sejak pertama bertemu, donghae merasa aneh kenapa mereka belum bicara sepatah katapun dan tidak saling melihat sama sekali. Pizza yang mereka pesan akhirnya datang begitupun dengan donghae, donghae segera mengambil sepotong pizza dan memakannya sambil tetap memfokuskan telinganya untuk mendengarkan percakapan mereka. “ini pizza kesukaanmu sejak kamu kecilkan?” kata pria bertopi yang mengambil sepotong pizza ke piring junha, donghae berpikir dengan kata-kata pria tersebut, apakah dia kim jongwoo kata donghae pada dirinya sendiri. Junha mulai makan pizzanya, “aku tidak akan pernah mengingkari janjiku.” Junha terdiam mendengar kata-kata jongwoo, “aku tak suka kamu. Aku benci.” akhirnya junha mulai berbicara, ”jangan pernah berbicara buruk tentang kakakku., dia tidak akan pernah berbuat seperti itu.” lanjutnya, ”maafkan kata-kataku di pesta tapi itu adalah sebuah kenyataan.” jongwoon berusaha menjelaskan tapi junha segera memotong kata-katanya, ”Cukup. Aku tak ingin mendenagar alasanmu lagi.” junha berdiri dan berjalan keluar, jongwoon mengejarnya sampai diluar toko jongwoon menahan junha, ”percayalah.” jongwoon menatap junha tapi junha tak memperdulikannya kemudian pergi. Jongwoon termangu di depan toko, donghae meneput-nepuk bahu jongwoon, ”sudah jangan berssedih, lupakan saja dia. Masih banyak perempuan lain.” kata donghae smbil tersenyum, jongwoon menepis tangan donghae dan menatapnya dengan kesal, ”kenapa kau terus mengikuti kami?” tanya jongwoon dingin, ”ah, kau tahu rupanya. Padahal aku sudah memakai penyamaran terbaikku.. sudah dulu ya, aku pergi dulu”,  donghae meninggalkan jonwoon sendiri.
            Donghae mengejar junha, ”tunggu.” donghae berteriak pada junha, ”junha berhenti dan melihat kebelakangya, donghae berlari kearahnya, ”donghae? Sedang apa disini?” tanya junha merasa aneh, donghae tersenyum, ”ikut aku.” donghae menarik tangan junha, ”mau kemana?” tanya junha kaget. Mereka sampai disebuah tempat yang sangat dingin, junha tersenyum melihat patung-patung yang terbuat dari es. ”Bagaimana? Keren kan?” tanya donghae, junha mengangguk. Junha berjalan menuju sebuah patung es dengan bentuk istana yang terlihat megah, ”boleh aku tahu, siapa pria yang disekolah itu?” tanya donghae, wajah junha yang sudah ceria menjadi muram kembali. Junha teringat pembicaraannya dengan jongwoon ketika di pesta
            ”lama tak bertemu.” jongwoon menghampiri junha yang sedang menyendiri dari pesta. ”kamu terlihat berubah banyak, menjadi sangat pendiam.” kata jongwoon, ”apa pedulimu.” kata junha ketus, ”kita sudah bepisah empat tahun, apakah kau tak merindukanku.” jongwoon menatap junha, junha tak melihatnya sama sekali, ”aku tak merindukan orang yang menjadi musuh kakakku.” , ”apakah aku salah mengungkapkan kebenaran?” tanya jongwoon, wajah junha menegang, ”kakakku bukan seorang pencuri. Aku hanya percaya dia. Aku tak percaya padamu. Karena tuduhanmu kakakku terus terlihat murung padahal hari itu adalah hari besarnya untuk menjadi pemain biola terkenal hingga dia meninggal karena kecelakaan. Dia meninggal dalam keadaan sedih.aku membencimu, sangat sangat membencimu” junha berusaha menahan air matanya, ”jika ingin menjadi orang hebat, harusnya memakai kemampuan sendiri.” kata jongwoon lalu meninggalkan junha.
            ”junha, kamu kenapa?” tanya donghae menyadarkan junha dari lamunannya. ”tidak apa-apa.” kata junha, kemudian mereka melihat-lihat patung yang lain, junha kembali tersenyum mendengar ocehan donghae tentang patung-patung yang mereka lihat.
            Hari ini kibum senang sekali. Ny. Kim turun kedapur untuk masak, bahkan Ny. Kim membuatkan makanan kesuakaan kibum dan junha. ”bagaimana rasanya?” tanya Ny. Kim yang membeikan sedikit kuah pada kibum, kibum meminumnya dan merasakannya apakah sudah pas rasanya. ”hmmm.. ini sangat enak sekali.” kata kibum memuji, Ny. Kim tertawa mendengarnya. Setelah selesai mereka duduk di meja makan, ”kenapa junha belum pulang juga.” Ny. Kim terus melihat jam, kibum menggeleng tak tahu kenapa junha belum pulang. ”sebaiknya kita makan duluan sebelum makanannya menjadi dingin.” kata Ny. Kim. Mereka makan sambil ngobrol seperti anak dan ibu. Pak kyung koki masak dirumah tersebut tersenyum keakraban mereka dari kejauhan, dia seperti melihat tuan muda mereka hidup kembali lewat keberadaan kibum dirumah itu.
            Diam-diam kibum masuk lagi keruangan Tn. Kim, ia masukkan gantungan kalung kedalam ukiran yang berbentuk naga melilit buah persik, dalam beberapa detik foto keluarga yang menempel di dinding bergeser, didalamnya ada sebuah kotak perak, kibum mengganti kacamatanya dengan kacamata yang bisa melihat sinar yang tak terlihat oleh mata, ”sudah kududga, pasti ada jebakan.” kibum membuka laptopnya, dia masuk kedalam sistem keamanan rumah dan mematikan sistem keamanan untuk sementara, setelah meneka tombol enter, sinar yang mengelilingi kotak perak menghilang. Kibum mengambilnya kemudian membukanya, didalamnya terdapat sebuah chip. Kibum dengan cepat merapihkan semuanya, tapi seseorang sudah berada dibelakangnya, ”sedang apa disini? Bagaimana kamu bisa masuk?.” tanya Ny. Kim , ”aku....” kibum tak bisa berkata sedikitpun.”, ”apakah kamu mata-mata? Aku tak percaya bisa percaya padamu.” Ny. Kim terlihat sangat kecewa, ”aku....” kata-kata kibum terpotong oleh pelayan yang datang memanggil Ny. Kim, ”Nyonya, ada polisi datang.”
            ”dari jarum dan benang yang ditemukan adanya darah menteri Ki yong ha dan juga sedikit kulit anda, dan bukti-bukti yang lainnya, kami putuskan bersalah.” kata hakim, Ny. Kim duduk mendengarkan perkara putusan hakim, ”Dengan hukuman berupa hukuman mati.”, junha menangis mendengar putusan hakim, keluarganya tu persatu meeninggalkannya, donghae berada disampingnya berusaha menenangkan junha. Kibum menunduk mendengarnya, alcheon merasa kasihan melihat kibum bersedih, dia tahu kibum sudah sangat dekat dengan Ny. Kim. Semua berdiri ketika hakim keluar ruangan, Ny. Kim membalikkan badannya, matanya terlihat sedih melihat junha menangis, kemudian dia melihat kibum pandangan matanya berubah menjadi benci, kibum merasa bersalah karenanya. Seseorang yang memakai topi, kim jongwoon berada paling belakang juga ikut menghadiri sidang.
            ”kenapa kakak tak memberitahuku?” tanya kibum pada alcheon ketika berada diluar ruangan, ”kamu terlihat murung beberapa hari yang lalu. Aku tak ingin membebanimu.” kata alcheon menjelaskan, ”walaupun aku sedang sedih ataupun bahagia kakak seharusnya memberitahuku.” suara kibum meninggi, alcheon tak marah dia mengerti kedekatan kibum dengan Ny. Kim oleh karena itulah dia tak memberi tahu kibum hasil lab jarum yang ia dapatkan dari kim jongwoon. ”jangan sampai perasaan menutup kebenaran.” kata alcheon, kibum terdiam.
            Kim jongwoon melihat junha yang terus mengangis, disampingnya ada donghae yang terus menghibur. Dia sangat marah karena tak bisa menghibur junha, dia juga sangar marah pada dirinya sendiri karena dialah yang membuat Ny. Kim mendapat hukuman mati.
            ”Pada kenyataannya Ny. Kim adalah mata-mata yang dikirimkan oleh oraganisasi terlarang untuk memata-matai Tn. Kim.”kata alcheon ketika mereka betiga ada dirumah, ” Itu artinya, Tn. Kim dibunuh karena perintah organisasi terlarang?” tanya donghae, ”tepat.”, ”aku sudah menemuinya tapi dia tak memberikan informasi sedikitpun tentang organisasi terlarang.” alcheon melihat kibum terus melamun, donghae mengikuti meelihat kibum, ”kibum, kau tak apa-apa kan?” tanya donghae, kibum menggeleng kemudian dia mengambil sesuatu dari dalamm sakunya, dan memberikannya pada alcheon, ”itu sebuah chip, mungkin berguna.” kibum berjalan menuju pintu, ”mau kamana?” tanya alcheon, ”aku ingin mencari udara segar.” kata kibum, donghae bangkit tapi alcheon memegang tanganya, ”biarkan saja.”
            Kibum berdiri didepan penjara, dia ragu apakah haus masuk atau tidak. Akhirnya ia putuskan untuk masuk. Kibum menunggu Ny. Kim, Ny. Kim keluar kini mereka hanya dipisahkan oleh sebuah kaca, bebearapa saat mereka terdiam saling memandang, ”pergilaah jika tak ada yang ingin dibicarakan.” kata Ny. Kim bangkit dari kursinya, ”aku tak akan meminta maaf.” kata kibum, ”walaupun begitu aku tetap menyayangimu seperti aku menyayangi ibuku.” lanjut kibum menahan air matanya, ”aku membencimu.” kata Ny. Kim kemudian membalikkan badannya untuk pergi, air maata Ny. Kim menetes. Hati kibum ssemakin sedih mendengar kata-kata terakhir Ny. Kim padanya.
            Kibum berjalan tak tentu arah hingga kakinya berhenti disebuah gereja ketika akan masuk dia betemu dengan seseorang yang ia kenal, ”kim jongwoon.” panggilnya, jongwoon menghentikan langkahnya, kibum mendekatinya, ”bagaimana kau bisa menemukan jarum itu? Siapa kamu sebenarnya?” tanya kibum, jongwoon tersenyu sinis, ”lalu kenapa kau begitu peduli dengan ini? Siapa kamu sebenarnya?” jongwoon bertanya balii, ”kamu...” kibum memegang keerah jongwoon sangat marah, jongwoon berusaha melepaskannya tapi kibum memegangnya dengan keras. Seseorang memegang tangan kibum, dia adalah alcheon, ”lepaskan.” kata alcheon, kibum melepaskannya kemudian pergi dengan sangat marah. Alcheon merasa sedih dengan keadaan kibum tapi tak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu luka itu sembuh sendiri. ”orang yang marah tak akan bisa berpikir jernih untuk melihat kebenaaran.” kata jongwoon lalu pergi kemobilnya. Alcheon mengingat-ingat dengan baik kata-kata jongwoon. Dia selalu merasa jongwoon seperti menyembunyikan sesuatu.
            Kibum terus berjalan, seseorang berdiri didepannya, kibum berhenti. Seseorang dengan rambut putih menghentikan langkah kakinya, kibum terkejut karenanya, ”Kyuhyun.” panggilnya. Kyuhyun tersenyum, senyuman yang sulit diartikan apa maksudnya.

TBC
           

           
           

Artikel Terkait

1 komentar: