Selasa, 12 April 2011
(FF) No Other Part 4
Mika berjalan kearah mobil, ia dan shindong diusir secara paksa dari rumah jongwoon. “Sial, kalau saja kamu tidak menghentikanku, tentu sudah habis semua penjaga orang kaya sombong itu.” Gerutu shindong kesal,
“kita kesana sebagai polisi bukan sebagai preman.” Kata mika dingin, dia masih memikirkan jongwoon yang tidak mengenalinya.
“kemana kita sekarang?” tanya shindong yang sudah siap melajukan mobilnya,
”Tunggu dokter jongwoonn keluar.” jawab mika,
”siap.” kata shindong.
***
”hilang ingatan?” tanya mika tak percaya, dia mencegat dokter yang baru saja keluar dari rumah jongwoon
”itu hanya sebuah kemungkinan, tapi setelah sadar dia sama sekali tidak kehilangan ingatan atau pun fungsi motorik tubuhnya.” jawab dokter,
”apa mungkin dia bisa ingat semuanya dan kehilangan ingatan terhadap sebagian saja?” tanya mika, shindong yang berdiri disebelah mika tak mengerti arah pembicaraan mereka, dia hanya melihat-lihat kesekeliling karena bosan,
”bisa saja. Tapi karena belum ada reaksi apapun dari tuan jongwoon jadi saya belum dapat memastikan apapun.” jawab dokter,
”sebaiknya anda periksa dia lebih teliti saya khawatir ada sesuatu yang terlewatkan.” paksa mika, dokter sangat aneh dengan tingkah mika, dia bersikap seperti bukan seorang polisi tapi lebih seperti keluarga jongwoon,
”akan saya usahakan.” kata dokter beusaha menenangkan mika. Mika memegang dadanya, tiba-tiba nafasnya terasa sesak.
”kamu tak apa-apa?” tanya shindong, mika hanya menggeleng. Mika berjalan kemobil dengan lesu tidak bersemangat seperti biasanya.
”berikan kuncinya?” pinta mika,
”apa? Kau ingin menyetir?” tanya shindong tidak percaya,
”tidak-tidak, aku tidak mau mati sekarang, seebentar lagi aku akan menikah.” kata shindong tetap memegang kuncinya kencang, dia tahu cara menyetir mika yang seperti setan. Mika menekuk tangan shindong hingga dia kesakitan,
”berikan.” pinta mika,
”tidak.” kata shindong masih keras kepala, mika mengencangkan pegangannya pada tangan shindong,
”aaaargh...ampun..ini..” kata shindong memberikan kunci mobilnya.
Mika menyalakan mobil, shindong terus berdo’a di samping mika agar dapat pulang dengan selamat, mika melajukan mobilnya dengan sangat kencang, keringat dingin dari tubuh shindong, sebuah truk datang kearah mereka,
”aaaaaaargh...awas.” teriak shindong, mika segera membanting stir, beruntung mereka bisa menghindarinya, mika masih terus menyetir dengan kencang, shindong merasa dirinya sudah hampir mati karena tegang.
***
”kamu sudah menemukan keberadaan michan?” tanya jongwoon bangun dari tempat tidurnya.
”Maafkan saya, kami kehilangan jejak mereka.” jawab misun,
”sebenarnya siapa mereka? Kenapa hingga saat ini mereka belum menelponku?” tanya jognwoon lebih pada dirinya sendiri, misun terdiam tak bisa menjawab.
Telpon jongwoon berdering, ”Bagaimana keadaanmu? Apakah sudah pulih? Anakmu tercinta bersamaku, sebaiknya kau menuruti semua keinginanku.” kata seseorang ditelpon,
”Apa maumu?” tanya jongwoon to the point, dia berusaha tenang.
”semua aset kekayaanmu. Hahaha.” telihat sekali penculik itu tak bermaksud mendapatkan harta,
”Baiklah, dimana aku memberikan semuanya?” tantang jonwoon, penculik tersebut terdiam tak menduga jongwoon akan menjawab seperti itu.
”Besok siapkan semua asetmu. Aku ingin kau pergi sendiri.” jawab penculik,
”kemana aku harus pergi?” tanya jongwoon, ”
selanjutnya aku akan menghubungimu lagi.” klik,,,penculik menutup telponnya, ”siapkan semuanya besok.” perintah jongwoon pada misu, misun mengerti apa yang dimaksudkan jongwoon.
***
Jongwoon melajukan mobilnya kesebuah tempat yang sangat sepi. ”hentikan mobilmu.” kata penculik ditelpon. Jongwoon segera mengehentikan mobilnya.
”masuklah, kedalam bangunan tersebut.” perintah penculik, jongwoon mematuhinya, tangan kiri dan kanannya memegang berkas-berkas aset kekayaannnya. Bangunan tersebut adalah sebuah sekolah yang sudah tidak terpakai, jongwoon masuk kesebuah ruangan yang dimaksudkan oleh penculiknya, sebuah ruangan seperti laboratorium yang sudah tidak terpakai,
”aku sudah membawa semua yang kau inginkan, dimana kau?”teriak jongwoon, sebuah layar televisi menyala, tv tersebut sepertinya memang sudah disediakan sejak awal.
”Selamat datang Oh Jongwoon. Bagaimana apa kau menyukai perjalananmu?” tanya orang didalam tv dibelakangnnya ada tiga orang, mereka memakai topeng semua.
”Dimana michan?” tanya jongwoon,
”dia berada didekatmu.” jawab penculik, jongwoon melihat kesekeliling tapi tak melihat ada michan, dia melihat ada sebuah kotak kaca besar ditutup oleh kain hitam, jongwoon segera membukanya,
”michan.” teriak jongwoon, michan terbangun, dia melihat ayahnya, michan berteriak-teriak dalam kotak tersebut tapi jongwoon tak bisa mendengar suaranya, jongwoon mengambil sebuah bangku, memukulkannya pada kota tersebut tapi kotak tersebut tak juga hancur,
”Percuma. Itu bukan kaca biasa. Bahkan pelurupun tak akan dapat menembusnya. Hahahaha..” para penculik tertawa menikmati pertunjukkan,
”lepaskan michan.” teriak jongwoon,
”sayang sekali, kau tak menepati janjimu untuk datang sendiri.” kata penculik, tv tersebut mati,
Duarrrr..tiba-tiba terdengar suara ledakan. Telpon jongwoon berdering, ”tuan, maobil-mobil pengawal telah diledakkan. Beberapa dari kami selamat.” kata pengawalnya melaporkan, jongwoon menutup telponnya setelah melihat kotak tempat michan disekap terisi air,
”michan...michan...”teriak jongwoon, ia berusaha membuka kotak tersebut tapi tak berhasil, ia pukul dengan tangannya hingga berdarah, michan semakin tenggelam, ketika kotak terisi penuh oleh air, jongwoon semakin menggila, ia tendang dan pukul kotak tersebut, michan semakin melemah dan tidak bergerak,
”michan....” kata jongwoon lemah, ia terduduk memegang kotak yang berisi michan. Dadanya terasa sesak, ia ingin menangis tapi tak ada ai rmata yang keluar, ia ingin berteriak tapi tak ada suara yang keluar.
”Yesung-ah...” teriak mika, dia berhenti ketika melihat jongwoon terduduk dekat sebuah kotak. Dia tak menyangka anak jongwoon akan meninggal dengan mengenaskan. Air mata mika meleleh,
”Yesung-ah..” mika memegang pundak jongwoon, jongwoon hanya terdiam menatap anaknya michan.
”mika,,,cepatlah...gedung ini akan segera meledak.” teriak siwon, mika tersadar,
”tapi bagaimana dengan michan?” tanya mika, dia sama sekali tak bisa berpikir,
”yang terpenting sekarang kita harus menyelamatkan diri terlebih dahulu.” kata siwon, mika menarik tangan jongwoon,
”ayo kita pergi.” kata mika, tapi jongwoon sama sekali tak bergerak,
”biar aku yang mengurusnya.” kata shindong yang baru saja datang, dia mengangkat jongwoon yang mematung.
Sungmin sudah menyalakan mobil, bersiap untuk pergi. Mika, siwon, shindong dan jongwoon yang diangkat shindong masuk kedalam mobil. Beberapa saat kemudian gedung tersebut meledak.
***
Jongwoon menatap makam anaknya dengan tegar, semua orang memberi ucapan belasungkawa, ibunya beberapa kali pingsan ketika tahu cucu satu-satunya meninggal dunia, disampingnya ada ayahnya yang memegang ibunya. Jongwoon bersikap seolah dia baik-baik saja tapi hatinya tak ada yang tahu, dari kejauhan mika menatap jongwoon, dia merasakan rasa sakit yang dirasakan oleh jongwoon. Satu per satu pelawat pergi termasuk ayah dan ibunya, kini jongwoon hanya sendirian, dia tidak tahu ada seseorang yang terus memperhatikannya dari kejauhan, jongwoon mengambil segenggam tanah sambil berucap, ”akanku buat mereka menyesal telah membunuhmu.” tangan jongwoon gemetar memegang tanah yang ia ambil. Kebencian menjalar keseluruh tubuhnya, sampai saat ini tak ada air mata yang keluar dari matanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar